Page 67 - PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS VIII
P. 67

C.  Kebangkitan Yesus sebagai Tanda Penerimaan
                      Bapa



                    Kata kebangkitan memiliki makna yang luas. Tidak hanya bangkit dari kematian
                 saja, tetapi juga kebangkitan dalam arti kita terbebas dari situasi yang tidak baik,
                 bangkit dari penderitaan, bangkit dari kemalasan dan sebagainya. Kedua konteks
                 makna kebangkitan tersebut dipahami oleh Gereja bertolak dari kebangkitan Yesus.
                 Melalui pelajaran ini kalian akan mendalami makna kebangkitan tersebut.

                 Doa
                 Tuhan Yesus,
                 Pada pelajaran yang lalu kami telah memahami makna sengsara dan wafat-Mu
                 Sekarang terangilah pikiran dan hati kami,
                 sehingga kami dapat memahami makna kebangkitan-Mu,
                 agar iman kami semakin kuat dan teguh,
                 menyandarkan hidup sepenuhnya ke dalam kuasa tangan-Mu.
                 Demi keluhuran nama-Mu, kini dan sepanjang segala masa.
                 Amin.

                 1. Memahami Makna Kebangkitan


                 1.  Simaklah  cerita berikut ini.


                                           Sebuah Catatan Harian
                     Aku sangat malu…malu sekali rasanya, dimarahin wali kelasku, di depan
                  teman-temanku. Kebohonganku memalsu tanda tangan orang tuaku yang
                  sudah aku lakukan untuk kesekian kalinya, akhirnya terbongkar juga. Tanpa
                  sepengetahuanku, wali kelasku telah memanggil orang tuaku. Lembar demi lembar
                  kertas ulangan yang sudah dibubuhi tanda tangan orang tuaku disodorkan  di
                  mukaku (sebenarnya tanda tanganku sendiri). “Sekarang kamu dengar baik-baik!
                  Kalau kamu tak mau mengubah perilakumu, bapak kira sulit rasanya kamu bisa
                  naik kelas. Tapi semua itu tergantung pada dirimu sendiri” kata-kata wali kelasku
                  yang terus terngiang di telingaku.
                    Dan akhirnya…
                     Hari kenaikan kelas pun tiba, aku datang bersama ibuku. Ketika sampai tiba
                  giliranku     terima rapor, aku dan ibuku dipersilahkan masuk. Hatiku mulai gelisah,
                  jangan-jangan aku tidak naik. Ah… tak mungkin. Aku berusaha membesarkan
                  hatiku sendiri. Setelah menyalami ibuku dan berbicara banyak hal, akhirnya wali
                  kelasku berkata: “Saya mohon maaf bu, satu-satunya murid yang tidak dapat
                  melanjutkan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi adalah anak ibu.



                    60     Kelas VIII    SMP
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72