Page 68 - PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS VIII
P. 68
Tahun ini anak ibu belum dapat naik kelas. Mudah-mudahan ini dapat menjadi
pelajaran bagi anak ibu untuk tahun yang akan datang supaya lebih rajin belajar.”
Ibuku untuk beberapa saat terdiam. Kulihat di sudut matanya ada butiran
air bening yang siap untuk jatuh. Aku tahu ibuku berusaha sekuat tenaga untuk
menahannya. Sambil menghela napas dalam-dalam ibuku berkata; “ Terima kasih
Pak…seharusnya anak ini yang minta maaf. Bukan Bapak. Saya sendiri sebagai
orang tuanya sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa pada anak ini.” Mendengar
kata-kata wali kelasku dan kata-kata ibuku, seakan dunia mau runtuh menimpaku.
Ada sesal yang mulai mengalir dalam diriku dan itu sangat menyakitkan.
Penyesalan selalu datang di akhir babak. Sampai di rumah aku segera minta maaf
pada ibuku. Dan jawaban ibuku semakin membuatku sedih. “Ibumu sudah tua,
mungkin juga segera akan mati. Lakukan sesukamu apa yang menurutmu baik
bagi hidupmu”. Sejak itu ibuku tak lagi banyak bicara. Hanya bicara seperlunya
saja padaku. Ketika hari menjelang malam, aku sedang nonton acara telivisi,
kakakku yang belum lama datang dari kuliah duduk di sampingku. Mungkin
sudah diberitahu ibuku tentang nilai raporku. “Aku kasihan pada ibu. Sendirian
dia bekerja keras membesarkan kita. Dan, kamu, sama sekali tak menghargai
jerih payahnya.” Kata kakakku sambil matanya melihat acara telivisi, tanpa sedikit
pun menoleh ke arahku. Aku semakin terpuruk dalam lembah penyesalan yang
teramat dalam.
**********
Peristiwa dua tahun yang lalu menjadi titik balik bagi hidupku. Setiap hari aku
selalu bekerja keras, agar aku dapat menunjukkan pada ibuku, kakakku, teman-
temanku dan diriku sendiri bahwa aku dapat menjadi pribadi yang diandalkan
dan dibanggakan. Aku harus mampu bangkit dari kemalasan. Aku harus mampu
bangkit dari keterpurukan. Dan aku bukan pecundang yang selalu kalah dalam
pertempuran. Kerja kerasku, menghasilkan buah yang manis. Setiap kali terima
rapor, aku selalu masuk lima besar anak yang berprestasi. Meski belum menjadi
yang terbaik, ibuku cukup bahagia. Kakakku juga semakin menunjukkan
perhatiannya padaku. Aku bangga dapat berbagi kebahagiaan pada orang-orang
yang selama ini menyayangiku. Dan, bagiku yang terpenting adalah aku semakin
dapat menghargai orang lain dan menghargai hidupku. Memang akan lebih indah
berbagi kebahagiaan pada orang lain, tanpa menyakitinya lebih dahulu. Tidak ada
kata terlambat.
(Oleh: Sulis)
2. Berdasarkan pengamatan dan perasaan kalian setelah membaca cerita tersebut,
buatlah daftar pertanyaan untuk lebih memahami makna kebangkitan!
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 61