Page 6 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 6

Dr. Fadli Zon, M.Sc





                 kesan seolah saya adalah orang yang sinikal di hadapan publik. Tradisi
                 mouth cracking journalism yang kian mengental di era digital juga kian
                 memperparah kesan tersebut.
                      Risiko semacam itu sebenarnya telah saya sadari sejak lama. Itu
                 sebabnya, di sela-sela kegiatan dan tugas, saya selalu meluangkan waktu
                 untuk membuat catatan tertulis mengenai persoalan-persoalan penting
                 yang sedang menjadi perbincangan publik. Catatan tertulis ini, selain
                 dipublikasikan di akun media sosial resmi yang saya kelola, juga selalu
                 saya bagikan kepada rekan-rekan media untuk dikutip. Pada umumnya,
                 pandangan-pandangan yang saya sampaikan saat  doorstop, atau ketika
                 menghadiri  talkshow, adalah pandangan-pandangan yang sebelumnya
                 telah saya susun dalam bentuk catatan tertulis via notes di telepon seluler.
                      Buku ini berisi sebagian catatan tersebut, yang telah saya tulis selama
                 hampir lima tahunan ini. Setiap pandangan atau kritik yang saya lontarkan,
                 semuanya berpijak di atas argumentasi yang solid serta data pendukung
                 yang valid. Saya selalu berusaha melontarkan pandangan kritis dengan
                 argumentasi dan dasar yang kuat. Semuanya berangkat dari penalaran yang
                 matang dilengkapi data-data jelas.



                 Kritik bukanlah Sinisme

                      Framing negatif atas kritik-kritik yang saya lontarkan sebenarnya
                 bukan hanya karena faktor media atau keterbatasan  platform digital
                 semata. Saya mencatat, sejak rezim Presiden Joko Widodo berkuasa, kita
                 memang telah dipaksa untuk menelan framing menyesatkan tentang adanya
                 kelompok “lovers” dan “haters” di tengah-tengah publik. Adanya framing
                 tersebut telah membawa konsekuensi semua “kritik” akhirnya dianggap
                 sebagai bentuk “sinisme”.
                      Jika kita tengok ke belakang, hal ini sebenarnya tak pernah terjadi
                 pada masa sebelumnya. Dalam sepuluh tahun pemerintahan Presiden Susilo
                 Bambang Yudhoyono (SBY), misalnya, ia juga selalu jadi obyek kritik, sinisme,
                 bahkan caci maki kelas menengah kita. Tapi, selama itu pula kita tidak pernah
                 mengenal istilah “SBY haters” atau “SBY lovers”. Artinya, kita menganggap
                 dan  memposisikan  kritik  terhadap  Presiden,  atau  pemerintahannya,
                 merupakan hal yang lumrah dalam alam demokrasi, apalagi jika disampaikan
                 di dunia maya, yang memang sangat bebas.



                vi    KATA FADLI
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11