Page 16 - BUKU 25 MODUS KECURANGAN DALAM PBDJ
P. 16

BAB II
                                              MATRIKS MODUS KECURANGAN


                                        BAB II
                        MATRIKS MODUS KECURANGAN


             Sebelum kita masuk cerita sehari-hari terkait dengan beberapa modus
             kecurangan  pengadaan  barang/jasa yang  akan  dimulai  dari  BAB  III,
             maka pada BAB II ini akan kami sampaikan matrix modus kecurangan
             pengadaan barang/jasa, untuk lebih mempermudah pemahaman atas
             cerita modus kecurangan barang/jasa.

             “Nama nama yang tertulis dalam cerita ini adalah nama Fiktif karena Cerita tersebut
             hanyalah karangan bukan cerita yang sebenarnya, kesamaan nama, tempat dalam
             kejadian merupakan kebetulan semata. “
             Matrix modus kecurangan tersebut disampaikan pada uraian di bawah
             ini:


             A. PERENCANAAN


                1.  INITIALLY
                   Melakukan Perencanaan Pengadaan tidak sesuai dengan
                   ketentuan yang berlaku dengan memasukkan dan menetapkan
                   Jenis  Pengadaan  Barang,  Jasa  &  Konstruksi  Tertentu,  yang
                   sebenarnya tidak dibutuhkan.
                   a.  Uraian Modus
                      Dr. Hadi dan Ir. Gatot melakukan Perencanaan Pengadaan
                      tidak sesuai dengan memasukkan dan menetapkan
                      Jenis Pengadaan Barang,  Jasa & Konstruksi  Tertentu,
                      yang sebenarnya tidak dibutuhkan, sehingga berpotensi
                      merugikan keuangan negara.
                   b.  Peraturan yang Dilanggar
                      Perlem 7 Pasal 5 ayat 1 & 4
                      PA   memiliki   tugas   dan   kewenangan   menetapkan
                      Perencanaan Pengadaan.
                      PPK  memiliki  tugas  Menyusun  Perencanaan  Pengadaan
                      sesuai   kebutuhan    Kementerian/Lembaga/Perangkat
                      Daerah masing-masing untuk tahun anggaran berikutnya
                      sebelum berakhirnya tahun anggaran berjalan.

                                                                         9
                                  INSPEKTORAT SETJEN DPR RI
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21