Page 179 - BUKU DAULAT RAKYAT FAHRI HAMZAH
P. 179
FAHRI HAMZAH
DAULAT RAKYAT
Tentang Reformasi Parlemen dan Pelembagaan Demokrasi
pemberontakan rakyat pada 1990-an. Kelompok oposisi
Syiah terkemuka, Jam’iyya al-Wifaq al-Watani al-Islami,
memiliki pemahaman yang baik tentang batas-batas
situasi. Ia menuntut dikembalikannya konstitusi 1973,
tetapi juga menegaskan bahwa ia menerima monarki
Al Khalifa, dan mengupayakan perubahan melalui
reformasi damai.
Bahrain memiliki dua pengalaman dengan parlemen.
Pertama dari tahun 1972 hingga 1975 dan yang kedua
dari tahun 2002 hingga saat ini. Kedua parlemen telah
menantang pemerintah, meskipun tidak terutama pada
isu sektarian. Dari 30 anggota terpilih badan 1972, 16
adalah Syiah. Keluarga yang berkuasa membekukan
parlemen ketika menolak untuk menyetujui undang-
undang keamanan negara. Namun baik Sunni dan
Syiah (dalam oposisi nasionalis) memimpin perjuangan
melawan hukum, dan ketika itu tidak menjadi masalah
sektarian. Dari 40 anggota Majlis al-Nuwwab tahun 2002
yang terpilih, hanya 12 yang merupakan warga Syiah. Ini
merupakan hasil dari boikot oleh al-Wifaq sebagai protes
terhadap melemahnya kekuasaan parlementer dalam
konstitusi 2002. 91
91 Laurence Louer, “Bahrain’s Fragile Political Reforms,” Arab Reform Bulletin, Vol. 2, No.
I, January 2004 dalam Herb, 2004
172 DPR.GO.ID