Page 37 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN EDISI KE-2
P. 37
KIPRAH TAHUN KEDUA WAKIL KETUA DPR/KORINBANG DR. (H.C.) RACHMAT GOBEL
Kesenjangan Pendidikan
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masih mengalami
banyak tantangan, antara lain masih besarnya jumlah masyarakat yang
belum mampu berperan aktif dalam dunia pendidikan. Secara umum tingkat
pendidikan memang telah membaik, namun data juga menunjukkan bahwa
kemajuan itu belum menjangkau seluruh penduduk.
Berbagai langkah yang dilakukan selama ini, belum sepenuhnya dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan menumbuhkan kecakapan. Tanpa
perbaikan signifikan, kondisi ini akan menjadi kendala bagi Indonesia
untuk bisa keluar dari middle income trap, apalagi untuk menggapai masuk
kedalam kelompok negara maju. Bonus demografi yang menjadi comparative
advantage saat ini, bisa berubah menjadi bencana karena sebagian besar
SDM tidak terdidik sehingga produktifitas dan skill mereka rendah.
Menurut data Potret Pendidikan 2020 yang dipublikasi Badan Pusat
Statistik (BPS), angka partisapasi murni (APM) pada tingkat pendidikan
dasar memang sudah mendekati 100%, namun untuk tingkat menengah dan
tinggi masih jauh dari memadai. APM tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau sederajat baru 80,12%, dan ini berarti ada sekitar 20% anak di
usia SMP putus sekolah. APM yang lebih rendah terlihat pada APM SMA/
Sederajat yaitu hanya 61,25% yang artinya sekitar 38,75% anak usia ini tidak
bersekolah. Bahkan untuk tingkat perguruan tinggi, APM-nya tercatat hanya
19,32%.
Potret pendidikan itu memberi sinyal yang memprihatinkan karena
menurut survei Bank Dunia, untuk bisa terbebas dari middle income
trap, minimal 76% sumber daya manusia telah menamatkan pendidikan
sekolah menengah atas. Kondisi semakin tidak mendukung karena Human
Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia saat
ini masih berada pada ranking 107 dari 189 negara, kalah jauh dibandingkan
Malaysia dan Thailand di posisi 62 dan 79.
Keberhasilan pendidikan merupakan hal pokok pada kemajuan suatu
bangsa. Membangun SDM unggul, berkualitas, dan berdaya saing tinggi
untuk melahirkan generasi yang mampu menjadi penggerak atau lokomotif
pembangunan. Di sinilah peran penting dunia pendidikan, terutama pada
penduduk usia sekolah yang berumur 7-24 tahun. Mereka inilah yang
akan memanfaatkan berbagai peluang yang ada di masa depan. Semakin
besar komposisi penduduk pada rentang usia ini yang aktif dalam dunia
pendidikan, kian besar peluang untuk menjadikan mereka untuk tampil
penggerak pembangunan.
19