Page 167 - BUKU MENYERAP ASPIRASI MENCIPTAKAN SOLUSI
P. 167
SATU TAHUN KIPRAH WAKIL KETUA DPR KORINBANG DR (HC) RACHMAT GOBEL
Sejak dulu, mayoritas masyarakat Gorontalo beragama
Islam. Antara agama dengan adat menyatu dalam filosofi
“Adat bersendikan Syara’ dan Syara’ bersendikan Kitabullah”.
Wilayah ini menjadi salah satu pusat penyebaran agama
Islam di wilayah Indonesia Timur.
Pada awalnya, Gorontalo terdiri dari 5 kerajaan yang
tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut
“Pohala’a”. Lima kerajaan itu adalah: Pohala’a Gorontalo,
Pohala’a Limboto, Pohala’a Suwawa, Pohala’a Boalemo, dan
Pohala’a Atinggola. Pohala’a Gorontalo merupakan pohala’a
yang paling menonjol, itulah sebabnya Gorontalo menjadi
lebih banyak dikenal.
Meski terdiri banyak kerajaan, namun kehidupan
masyarakat Gorontalo berlangsung secara demokratis.
Pemerintahan diatur berdasarkan monarki konstitusional.
Organisasi pemerintahan dalam kerajaan terbagi atas tiga
bagian, yang disebut “Buatula Totolu”. Pertama, Buatula
Bantayo yang bertugas menciptakan peraturan-peraturan
dan garis-garis besar tujuan kerajaan. Kedua, Buatula
Bubato bertugas melaksanakan peraturan serta berusaha
mensejahterakan masyarakat, dan Ketiga, Buatula Bala yang
bertugas dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Pemerintahan tertinggi berada pada Olongia Lo Lipu
(Maha Raja Kerajaan), namun tidak berkuasa mutlak. Ia
dipilih oleh Badan Musyawarah Rakyat (Bantayo Poboide) dan
dapat dipecat atau di ma’zulkan juga oleh Bantayo Poboide.
Masa jabatannya tidak ditentukan, tergantung dari penilaian
Bantayo Poboide. Ini merupakan bukti, bahwa kekuasaan
tertinggi dalam kerajaan berada dalam tangan Bantayo
Poboide, sebagai penjelmaan dari kekuasaan rakyat.
Masyarakat Gorontalo dikenal sebagai pejuang
tangguh. Tidak heran, sebelum kemerdekaan Indonesia
diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, masyarakat Gorontalo
145