Page 37 - MAJALAH 102
P. 37

mungkin membebani APBN Tahun Anggaran 2013.  dinaikkan menjadi Rp 6.500/liter.
            Sebagaimana  diketahui,  alokasi  anggaran  subsidi
            BBM jenis tertentu tahun 2013 mencapai Rp. 193,8     Opsi ini diubah lagi, yakni akan menaikkan harga
            triliun. Dalam kondisi tersebut, dibutuhkan kebijakan  dibawah Rp 6.500/liter dengan hanya satu harga, tetapi
            konkret untukmelakukan pengendalian konsumsi BBM  inipun ditunda lagi dan akan dinaikkan bersamaan
            Bersubsidi. Pemerintah seharusnya menyiapkan opsi  dengan penyampaian RUU APBN Perubahan tahun
            untuk menghadapi skenario dalam upaya pengendalian  2013. RUU APBN Perubahan ini akan disampaikan pada
            jumlah konsumsi yang difokuskan pada dua opsi, yaitu  Masa Persidangan IV tahun 2012/2013 yang dibuka
            penghematan  dan  pembatasan  penggunaan  BBM  pada tanggal 13 Mei dan berakhir 12 Juli 2013.
            Bersubsidi.
                                                                 Tidak layak
              Namun, bila pada akhirnya Pemerintah mempersiapkan
            opsi kenaikan harga BBM dalam rangka memperbaiki     Anggota Fraksi Partai Golkar (FPG), Bambang Soesatyo
            kondisi fiskal dan moneter, Dewan meminta jaminan  menyatakan  proposal  Dana  Kompensasi  Kenaikan
            kepada  Pemerintah  bahwa  opsi  tersebut  tidak  Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang akan
            akan  berdampak  besar  terhadap  perekonomian  pemerintah ajukan kepada DPR, sangat tidak layak
            nasional.  Pemerintah perlu menyiapkan perencanaan  untuk disetujui. Pasalnya, pengajuan proposal tersebut
            secara matang dan terukur.                         sangat tidak relevan.

              Upaya yang harus diambil terkait energi BBM, harus   “Selain itu karena sejumlah program dalam  proposal
            bersifat komprehensif dengan perencanaan jangka  itu sudah terakomodasi dalam APBN 2013, ada potensi
            menengah  dan  panjang,  terkait  dengan  program  penyalahgunaan untuk kepentingan politik menuju
            pengembangan energi baru terbarukan.               tahun Pemilu 2014,” katanya.

              Dalam penjelasannya, Presiden menyebut kenaikan    Selain itu, kata Bambang Soesatyo ini, pemerintah
            harga BBM harus segera dilakukan. Subsidi BBM akan  belum serius mengelola BBM bersubsidi. Pasalnya,
            membengkak jika harganya tidak dinaikkan. Jika harga  jumlah yang diselundupkan terbilang sangat besar
            keekonomian Rp 10.000 per liter, diperkirakan subsidi  volumenya. “Karena itu, proposal dana kompensasi yang
            BBM akan mencapai Rp 297,7 triliun di 2013. Padahal,  akan dimasukan dalam APBN-P 2013 tidak memenuhi
            anggaran  subsidi  BBM  yang  ditetapkan  Rp  193,8  persyaratan untuk diterima,” ujarnya.
            triliun.

              Selain itu, defisit anggaran diperki-
            rakan membengkak mencapai Rp 353 ,6
            triliun (3,83 persen dari PDB). Padahal,
            defisit anggaran yang ditetapkan dalam
            APBN 2013 sebesar Rp 153 ,3 triliun
            (1,65 persen dari PDB). Jika terjadi, kata
            Presiden, itu akan melanggar undang-
            undang dan mengganggu ketahanan
            ekonomi.

              Jika kenaikan BBM diterapkan, peme-
            rintah akan memberikan kompensasi
            bagi rakyat yang terkena imbas, salah
            satunya bantuan uang tunai. Namun,
            semua itu bisa berjalan jika Dewan
            Perwakilan  Rakyat  setuju.  Presiden
            ingin DPR menyetujui pada bulan Mei
            2013 dalam pembahasan Rancangan
            APBN Perubahan 2013.
              Kesan ragu-ragu pemerintah terli-
            hat,  sebelumnya mau menaikkan  BBM
            dengan dua harga yakni untuk sepeda
            motor  dan  angkutan  umum  harga
            premium    tetap  Rp  4.500/liter  dan
            untuk semua jenis kendaraan  pibadi  Anggota DPR  RI Bambang Soesatyo/F-PG.




                                                                                PARLEMENTARIA  EDISI 102 TH. XLIII, 2013  37
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42