Page 39 - MAJALAH 101
P. 39

Terkait integritas pengadilan dae­  (FPAN), Anggota Panja RUU Pilkada  tik uang. “Jika calon kepala dae rah
            rah  yang  diragukan  masyarakat,  dari FPAN Herman Kadir menolak  yang telah mengeluarkan ba nyak
            mendagri sudah melakukan antisi­  ide pemilihan kepala daerah mela­  dana dan kemudian kalah, tetapi be­
            pasi dengan melibatkan perguruan  lui DPRD. “Itu kemunduran. Kalau  lum siap mental untuk kalah, sering
            tinggi. Alhasil, nanti bisa direkrut  kita mau ubah sistem ini, kita sudah  bisa memicu munculnya tindakan
            hakim ad hoc dari akademisi yang  mundur ke belakang,” tambahnya.   anarkis dari para pendukungnya,”
            dipilih lewat seleksi ketat. Dengan                                 katanya.
            begitu, setiap putusan hakim bisa   Menurut Herman Kadir, bila me­
            dipertanggungjawabkan.            mang  persoalannya  para  calon,    Oleh karena itu, kata Hakam Naja,
                                              maka mekanismenya yang harus  pada pembahasan RUU Pilka da, DPR
              Hal itu dilakukan untuk menghin­  diperbaiki. Dia mengutarakan ada  dan pemerintah akan merumuskan
            dari kemarahan pendukung pasang­  be be rapa pilkada yang tidak meng­  aturan pembatasan pengeluaran
            an calon kepala daerah jika tidak  habiskan dana besar. “Cara nya, per­  dana pilkada sehingga penyeleng­
            puas dengan keputusan hakim. Se­  ketat aturan mainnya. Kalau perlu  garaannya menjadi lebih propor­
            hingga kekhawatiran adanya per­   pilkada serentak agar rakyat tidak  sional. Aturan pembatasan tersebut,
            mainan yang dilakukan hakim bisa  jenuh,” ujarnya.                  menurut dia, bisa melalui beberapa
            ditekan semaksimal mungkin.                                         pendekatan, seperti banyaknya jum­
                                                Menanggapi perdebatan ini, guru  lah penduduk di suatu daerah atau
              Sementara  itu,  meski  DPR  dan  besar ilmu politik dari UI, Prof Mas­  luasnya  wilayah  geografis  suatu
            pemerintah  sepakat  penyeleng­   wadi Rauf mengatakan pemilihan  daerah.
            garaan  pilkada  digelar  serentak,  kepala daerah oleh DPRD adalah
            namun  pembahasan  terkait  me­   kemunduran, karena yang bermain     “Persoalannya kondisi setiap dae­
            kanisme pemilihan kepala daerah  hanya elite partai politik. “Ini akan  rah di Indonesia berbeda­beda, baik
            masih menjadi perdebatan di ting­  menimbulkan  kritik  yang  sangat  luas dan bentuk geografis, jumlah
            kat Panitia Kerja (Panja) RUU Pilkada  tajam. Sebab, dari pemilihan rakyat  pen duduk,  maupun  kemam puan
            di Komisi II DPR.                 dikembalikan ke elite parpol,” tukas­  mem perolah PAD (pendapatan asli
                                              nya.                              daerah), sehingga diperlukan ka­
              Beberapa fraksi masih berdebat                                    jian,” katanya.
            soal mekanisme pemilihan kepala     Maswadi menambahkan, kalau
            daerah. Misalnya saja, Fraksi Par­  ada masalah dengan Pilkada bukan   Ia juga menambahkan, sumber
            tai Demokrat (FPD) yang memilih  demokrasinya yang diubah, tapi me­  dana penyelenggaraan pilkada juga
            pilkada tidak langsung atau melalui  kanismenya.                    harus diatur secara jelas apakah
            pemilihan oleh DPRD.                                                sepenuhnya dari APBN, sepenuh­
                                                Sementara menurut pakar politik  nya dari APBD, atau kombinasi dari
              Menurut  Anggota  Panja  RUU  politik dari UGM Cornelis Lay me­   APBN dan APBD. Di sisi lain, kata dia,
            Pilkada dari FPD, Abdul Wahab Da­  nilai dalam demokrasi yang terpen­  sumbangan dana untuk penyeleng­
            limunthe, pemilihan kepala daerah  ting bukan pemilihan langsung atau  garaan pilkada, baik dari lembaga
            langsung menimbulkan mudharat,  tidak langsung. “Tapi apa yang mau  maupun perorangan, juga relatif
            yakni  mengajarkan  rakyat  yang  dicapai,” katanya.                cukup besar.
            korupsi. Dan partai politik menarik
            “uang  sampan”  dari  para  calon   Terkait soal pendanaan pilkada,   “Namun, sumbangan dana un tuk
            kepala daerah hingga Rp 5 miliar.  Hakam  Naja  memandang  perlu  pilkada ini sudah diatur batas mak­
                                              ada pembatasan pengeluaran da­    simalnya meskipun pela por an nya
              “Dalam pemilu di Sumatera Utara  na pemilihan kepala daerah da am  yang kadang­kadang be um jelas,”
                                                                                                      l
                                                                          l
            lalu, habis Rp 80 miliar, dan untuk  aturan perundangan guna mengan­  katanya.
            pengamanan sampai Rp 60 miliar.  tisipasi ekses negatif dari penyeleng­
            Sementara rata­rata calon sampai  garaan pilkada. “Selama ini, belum   Hakam  mengemukakan  bahwa
            menghabiskan Rp 30 miliar. Untuk  ada pengaturan pembatasan pege­   pembatasan  pengeluaran  dana
            apa demokrasi kalau tidak untuk ke­  luaran dana pilkada, seperti dana  pilkada tersebut sangat penting ka­
            pentingan rakyat,” katanya dalam ra­  kampanye, iklan di media, atribut,  rena untuk menjaga keadilan bagi
            pat dengar pendapat umum (RDPU)  dan seba gainya,” kata dia dalam  seluruh pasangan kepala daerah
            dengan sejumlah pakar, diantaranya  sebuah diskusi di Gedung DPR, Ja­  yang  akan  bertarung.  Demikian
            guru besar ilmu politik dari UI, Prof  karta, Selasa (2/4).         juga,  pengaturan  frekuensi  ber­
            Maswadi Rauf dan pakar politik dari                                 iklan di televisi. “Selama ini, hanya
            UGM, Cornelis Lay di Gedung DPR,    Menurut Hakam Naja, belum ada­  pasang an calon yang mempunyai
                                                                        l
            Jakarta, Kamis (14/3).            nya aturan pembatasan penge uaran  banyak uang, yang bisa sering ber­
                                              dana kampanye sering membuat pe­  iklan di televisi, koran, media elek­
              Pandangan berbeda datang dari  nyelenggaraan pilka da menjadi “jor­  tronik,” katanya. (nt) Foto: Or/Parle.
            Fraksi  Partai  Amanat  Nasional  joran” dan muncul nya praktik poli­


                                                                                PARLEMENTARIA  EDISI 101 TH. XLIII, 2013  39
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44