Page 80 - MAJALAH 65
P. 80
POJOK PARLE
Marga untuk Aziz
asanya tidak heran jika orang dari Sumatera Rapat pagi itu dipimpin Ketua Komisi III Sejenak dia berpikir apa ada yang salah
Utara dibelakang namanya ada marga Trimedya Panjaitan, didampingi Wakil Ketua Aziz dengan ucapannya tadi. Akhirnya dia pun berkata
Ryang mengikuti, seperti Nasution, Syamsuddin dan H. Djuhad Mahdja. :” mohon maaf bapak-bapak dan ibu-ibu, saya ini
Pasaribu, Silalahi, Situmorang, Hasibuan dan Ketika Ketua Kontras selesai menyampaikan hanyalah orang kecil yang tidak tahu apa-apa, jadi
masih banyak lagi nama marga lainnya. Tapi permasalahannya, ia meminta ijin kepada Ketua kalau ada kata-kata saya yang salah mohon
gimana kalau orang asal Lampung punya marga Komisi III agar orang tua dari korban pelanggaran dimaafkan,” katanya tanpa tahu bahwa yang
……………..? HAM berat itu diberi kesempatan untuk menjadi bahan tertawaan itu adanya marga
Ternyata marga itu diberikan secara menyampaikan “uneg-unegnya”. dibelakang nama Aziz.
mendadak oleh salah seorang tamu Komisi III saat Berbicaralah Ruminah, orang tua dari “Ibu……. Ibu ………… mana ada sih
mengadakan audiensi dengan Koordinator korban peristiwa Mei 1998 :” yang terhormat orang Lampung yang punya marga,” celetuk salah
Komite untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan Bapak Trimedya Panjaitan, Bapak Aziz Panjaitan, seorang wartawan di balkon.
(Kontras). dan Bapak Djuhad Mahdja. Begitu selesai Menyahutlah wartawan yang lain :” mungkin
Kontras saat itu datang meminta kepada menyebutkan nama terakhir, suasana yang karena begitu dekatnya Trimedya dan Aziz duduk
Komisi III DPR untuk menyelesaikan kasus tadinya hening mendadak pecahlah tawa seisi bersebelahan setiap hari, akhirnya dia
pelanggaran HAM berat, yaitu kasus Trisakti, ruangan. dianugerahi marga secara cuma-cuma,” katanya
Semanggi I dan Semanggi II, kasus penghilangan Ruminah yang lugu dan mungkin juga baru enteng.
orang secara paksa dan meminta rekomendasi pertama kalinya datang ke gedung DPR dan “Walah……. Bisa aja kamu, tapi emang
kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbicara langsung dengan para wakil rakyat bener sih, hubungan PDIP dengan Golkar kan
untuk membentuk Pengadilan Ham Ad.Hoc. inipun terbengong-bengong dibuatnya. cukup romantis,” tambah wartawan tadi.
Jeruk Hijau
udah menjadi jadwal tetap di Komisi, setiap Reses Masa Persidangan, tanya Nurhadi M. Musawir dari Fraksi PAN.
anggota Dewan selalu melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah. Tanpa memberi kesempatan Bupati menjawab, terdengarlah jawaban
SDemikian juga dengan Komisi IV DPR yang menurunkan timnya ke dari anggota Komisi IV yang lain.
tiga provinsi diantaranya ke Provinsi Kalimantan Barat. “Jangan Pak…………., sebaiknya jeruk Pontianak dipertahankan
Hal yang menarik dari setiap kunjungan Komisi IV, yang menjadi obyek warnanya tetap hijau seperti sekarang. Biar…………, seperti Partai
adalah lahan pertanian yang terhampar hijau, laut yang membentang luas, Bintang Reformasi,” jawab Rusman H.M. Ali anggota dari daerah pemilihan
dan disekitarnya tampak para nelayan dengan berbagai kesibukannya. Kalbar dari fraksi yang disebutnya tadi.
Provinsi Kalimantan Barat tidak saja terkenal dengan Tugu Khatulistiwa Geeer….. terdengar tawa seluruh tamu yang tampak memadati
yang menjadi obyek wisata kebanggaan daerah tersebut, tapi provinsi ini ruangan pertemuan, ditengah hawa panas karena AC kurang berfungsi
juga sangat terkenal dengan Jeruk Pontianaknya. dengan baik.
Tak ketinggalan kali ini rombongan Komisi IV juga mengunjungi daerah Pak Bupati pun tampaknya menikmati canda tamunya yang memang
pertanian kebun jeruk di Tebas, tepatnya di Kabupaten Sambas. Rasanya berasal dari berbagai Partai Politik, apalagi nuansa Pemilu sudah sangat
kurang tepat jika jeruk tersebut dikatakan jeruk Pontianak. Karena jeruk dirasakan oleh para wakil rakyat tersebut. Jadi, kalau berbicara warna, rasa-
tersebut 85 persen dihasilkan dari sentra pertanian di Kabupaten Sambas. rasanya nggak akan jauh dari partai yang diwakilinya.
Saat itu anggota mendapat penjelasan langsung dari Bupati Sambas Akhirnya, Bupati pun menjawab :” walaupun jeruk Pontianak bisa
Burhanuddin. Sang Bupati sangat antusias menjelaskan potensi Sambas diubah warna kulitnya menjadi kuning, rasanya tidak tepat, karena selama
sebagai penghasil jeruk Pontianak. Tak heran jika hasil jeruk di daerah ini ini negara yang menjadi tujuan ekspor jeruk Pontianak lebih mengenal ciri
maju dengan pesat, karena Bupati Sambas adalah seorang Insinyur Pertanian khas jeruk Pontianak dengan warna hijau. Jadi, kalau diganti warna yang
yang sangat concern memajukan hasil pertanian daerahnya. lain, mereka akan bertanya-tanya, betul enggak jeruk ini jeruk Pontianak,”
Tibalah saat dialog dan anggota dewan pun mengajukan pertanyaan jelasnya.
kepada Bupati. Wah, sabar ya pak Golkar, warnanya nggak bisa kita pakai buat buah
“Pak Bupati, kenapa nggak diusahakan agar jeruk Pontianak warnanya kebanggaan kita,” celetuk salah seorang wartawan sambil terus asyik menulis.
kuning seperti jeruk Mandarin Ponkam yang sering dijual di Supermarket,” (tt)
80 PARLEMENTARIA TH. XXXIX NO. 65