Page 61 - MAJALAH 90
P. 61
SELEBRITIS
nya aparat menggerebek kegiatan
tersebut. Ia ditangkap dan ditahan
di LP Pondok Bambu selama 70 hari
dengan tuduhan, salah satunya upaya
makar. Sebagai seorang ibu itulah
saat-saat mencekam bagi dirinya dan
4 anaknya. Namun ia bersyukur si
bungsu Atiqah Hasiholan yang saat
itu sedang menempuh pendidikan
di Australia membesarkan hatinya.
“Hallo penjahat bangsa apa kabar..,”
sapa Tiqa suatu hari sambil bercanda.
Berita tentang ditangkapnya Ratna
sudah menyebar sampai ke man-
canegara, walau anak-anak khawatir
tetapi mereka menunjukkan kebang-
gaan terhadap perjuangan yang di-
lakukan Ibunya.
Tegas bersikap tidak hanya di-
tunjukkan peraih Tsunami Award ini
kepada pemerintah Indonesia. Saat
menghadiri kongres aktivis HAM se-
dunia di Paris, Perancis, ia dengan
lantang mengkritik kebijakan negara-
negara maju seperti Amerika, Jerman
dan Inggris. Ia menilai pelanggaran
hak asasi yang terjadi di beberapa
negara berkembang termasuk Indo-
nesia tidak lepas dari peran negara
tersebut. Proyek donor yang sarat ko-
rupsi, pasokan senjata dan peralatan
perang, berandil besar atas terjadinya
kejahatan kemanusiaan.
Meramu seni dengan aktivitas sosi
al dan politik memang bukan perkara
mudah, tapi Ratna Sarumpaet ber-
hasil memainkan perannya dengan
baik. “Seni dan aktivis sosial agak
sulit dibuat harmoni. Berhasil atau ti-
dak yang menilai gak bisa aku. Poin-
nya gini, dengan seniman aku keras
abdian. Ia mensyukuri karunia talenta seniman yang bergabung disana. banget. Saya selalu ingatkan mereka
yang diberikanNYA berupa kemam- Ia mengenang ketika masa-masa kamu jangan kira diberi talenta itu
puan menulis dan membaca. “Dengan menjelang kejatuhan orde baru bersa tanpa niat dibalik itu. Kalau bernikmat
itulah saya mengabdi pada negeri ini, ma aktivis lain berunjuk rasa mengu- sendiri gak ada guna buat bangsa,
artinya kalau saya ingin memperso- sung keranda bertuliskan ‘Demokra- buat apa. Sebuah karya ketika dia
alkan negeri ini lewat karya misalnya si’. Mantan ketua Dewan Kesenian mempunyai misi memperjuangkan
Marsinah, Aceh, orde baru dan Soe- Jakarta ini juga mengumpulkan 46 kemusiaan, membersihkan kehidu-
hato walaupun saya diancam, diin- LSM dan organisasi pro-demokrasi pan barulah karya itu menjadi indah,”
timidasi TNI, BIN dan segala macam, di rumahnya dan membentuk aliansi imbuhnya. Tekadnya terus berkese-
itu adalah bagian dari pengabdian,” Siaga. Mereka kemudian merancang nian untuk bangsa yang dicintainya.
tandasnya. Sebagai pimpinan di tea- pertemuan di Ancol yang disebut Si- “Aku berkarya, aku juga commit bayar
ter Satu Merah Panggung saya meng- dang Rakyat, yang dihadiri aktivis dari pajak untuk negara ini. Se-breksek
anjurkan hal yang sama kepada para berbagai kalangan dan daerah. Hasil- apapun negara, pajak harus dibayar.
| PARLEMENTARIA | Edisi 90 TH. XLII, 2012 |