Page 249 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 249

Argumen tersebut cukup beralasan, karena bagaimana pun rezim
            Orde Baru memiliki kekhawatiran atau trauma akibat peristiwa 1965,
            dan beserta gejala sebelumnya berupa apa yang disebut-sebut oleh
            banyak orang sebagai “aksi sepihak”. Selain itu, UUPA oleh Rezim Orde
            Baru juga dianggap sebagai produk PKI.  Prasangka ini dimungkinkan
                                                  48
            oleh tidak hanya agenda besar yang dibawa UUPA yakni agenda
            Reforma Agraria yang tentu memiliki keberpihakan pada wong cilek
            yang umumnya adalah masyarakat tani dan/atau disebut juga kaum
            marhein yang zamak adalah orang-orang abangan yang memiliki
            hubungan dekat (mantan) dengan partai komunis/PKI. Selain itu
            juga terdapat beberapa tokoh-tokoh Agraria atau pendukung Reforma
            Agraria di Indonesia yang cenderung dekat dengan ideologi komunis

            atau sosialis, contohnya adalah Tan Malaka. Oleh karena rezim
            Orde Baru tidak menempatkan Reforma Agraria ke dalam agenda
            pembangunan yang di unggul-unggulkan.
                 Konsekuensinya dari persepsi miring Orde Baru di atas, UUPA
            dalam jangka waktu yang cukup lama kurang lebih selama 13 tahun
            di-“peties”-kan atau dikubur dalam “kotak” tapi tidak dibatalkan
            atau dicabut keberadaanya. Pada saat ini pula, demi kepentingan
            menggenjot ekonomi yang salah satu strategi utamanya adalah
            mengekploitasi sumber kehutanan dan pertambangan, dilahirkan tiga
            UU pokok yang bersifat sektoral.
                 Dalam perkembangannya, UUPA yang telah di-“peties”-kan
            tersebut diangkat kembali kepermukaan setelah adanya penjernihan
            atau pembersihan UUPA dari tuduhan Orde Baru sebagai produk

            PKI. Penjernihan ini dilakukan secara legal formal setelah keluarnya
            TAP MPR No. IV Tahun 1978. Sebagai hasilnya, pada tahun 1979
            pemerintah Orde baru membuat pernyataan yang isinya adalah
            pengukuhan kembali UUPA 1960 tetap sah sebagai panduan dasar
            dalam memecahkan persoalan-persoalan pertanahan, karena undang-






                 48 Gunawan Wiradi. 2000. Op.cit., Hlm 141.


            218     Kelembagaan
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254