Page 618 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 618
Lampiran
dan masih ditambah uang dongkelan, ajon-ajon, kasepan, rabuk, ZA, persewaan got, pengambilan
1.380 = Rp 2.145) atau sama dengan hasil
1/5 X 110 X Rp. 100 = Rp 2.200 (kalau dihitung harga gula harga pemerintah Rp. 100 tiap kuintal).
2.400 (hasil 800 kuintal – 1.000 kuintal inklusif uang dongkelan. Atau lebih Rp 255 dari
Kalau maro sistem tidak diterima memakai usul STII atau Petani, milsanya : rata-rata 1 ha tanah
1/5 X 100 X Rp. 350 = Rp 7.700 (kalau harga gula dengan harga luar Rp. 350 tiap kuintalnya)
Jadi lebih Rp. 255 (panenan padi 1 kali Rp 765 + panenan kedelai 2 kali Rp 1.380 = Rp 2.145.
Karanganyar menghasilkan tebu 800 kuintal. Jadi perhitungan STII ada :
765 – Rp. Rp. 800 Rp. 800 Rp. 50 Rp. 140 Rp. 300 Rp. 150 Rp. 100 Rp. 150 Rp. 50 Rp. 150 Rp. 150 Rp. 150 Rp. 175 Rp. 25 Rp. 60 Rp. 200 Rp. 50
Rp. 2.100 300 Rp. Rp. 2.400 panenan padi sekali, kedelai dua kali ditambah uang dongkelan.
ketiran dan sosial organisasi. Rp. 2.000 + (800 – 750) X Rp. 2 = Ditambah uang dongkelan Jumlah Perhitungan dari petani : Sewa Rp. hasil panenan padi 1 kali dan kedelai 2 kali (Rp. Tanaman tebu tiap 1 ha : Beli ZA 5 kuintal @ Rp 160 Beli bibit Patok dan babad damen Bikin got (selokan) tiap 1
1-12-1951 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
PPPNI (Persatuan Perusahaan Petani Nasional Indonesia) – Wonosobo Ngaglik Sleman - Yogya
3
597