Page 178 - Persoalan Agraria Kontemporer: Teknologi, Pemetaan, Penilaian Tanah, dan Konflik
P. 178
wilayah Indonesia di tahun 1984, yaitu Indonesia kelebihan (surplus)
beras sehingga kelebihan beras ini dapat dieksport ke negara lain.
Pengertian ketahanan pangan (swasembada) beras menurut
Pasandaran (1991) adalah terjadinya surplus beras berupa cadangan beras
baik secara lokal maupun secara nasional. Kebutuhan beras tidak hanya
untuk konsumsi penduduk di suatu daerah atau secara nasional, namun
juga kebutuhan beras untuk persemaian (pembibitan), penyusutan,
makanan ternak, dan juga termasuk bahan baku untuk industri. Dengan
pengertian ketahanan pangan (swasembada beras) tersebut, maka
tidaklah mudah untuk melestarikan swasembada beras. Konsumsi beras
untuk makanan pokok penduduk terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan.
Meningkatnya populasi ternak yang menggunakan padi atau beras
sebagai pakan juga akan mengakibatkan makin banyaknya kebutuhan
beras untuk industri pakan ternak, dilain pihak luas daerah tanaman padi
terus berkurang akibat konversi penggunaan tanah dari tanah pertanian
ke non pertanian.
C. Analisis Kepadatan Penduduk terhadap Konversi Penggunaan Tanah
Pertanian ke Non-pertanian
Pada penelitian ini variabel independennya adalah konversi penggunaan
tanah sawahke non sawah (Y), sedangkan variabel dependennya adalah:
kepadatan penduduk (x1), produktivitas tanah sawah (x2), dan
kesejahteraan masyarakat (x3).
Faktor penentu pengaruh (hubungan) konversi penggunaan
lahan pertanian ke non-pertanian terhadap kepadatan penduduk
dianalisis menggunakan korelasi parsial (Telussa et al, 2013). Data
dianalisis menggunakan SPSS. Adapun rumus analisis korelasi parsialnya
adalah sebagai berikut:
………………………………….……………………. (1)
n = Jumlah data
169