Page 17 - Biografi Managam Manurung
P. 17
2 Oloan Sitorus, Dwi Wulan P., Widhiana HP.
humanis. Beberapa teman secara lugas mengatakan: “Ia pemim-
pin yang tidak pernah marah”. Tentulah dalam kepemimpinannya,
Pak Managam pernah marah, namun kemarahannya dalam
menegakkan atau meluruskan sesuatu ditunjukkannya secara
proporsional, sehingga staf di jajarannya tetap menghormati
dan menyayangi Pak Managam. Dalam proses pengambilan
keputusan selalu tampak akomodatif, namun tegas melak-
sanakannya sesuai aturan, kebijakan, dan arahan pimpinan.
Dalam ketegasannya, ia selalu tampil sebagai pemimpin yang
friendly, diterima akrab bagi semua pihak. Apakah kondisi-kon-
disi yang melahirkan humanisme kepemimpinan Pak Managam?
Pak Managam dilahirkan di Desa Motung, Kecamatan
Ajibata, Kabupaten Toba-Samosir (sebelumnya Kabupaten Sima-
lungun) pada tanggal 15 Oktober 1953. Desa Motung adalah salah
satu dari 9 (sembilan) desa penyangga Danau Toba, danau
kebanggaan “bangsa” batak itu. Di desa ini terdapat ‘Bukit
Senyum’ (The Smile Hill). Dari bukit ini kita dapat menikmati
pemandangan Danau Toba yang sangat menakjubkan, kein-
dahan Ajibata kota pelabuhan menuju Pulau Samosir yang unik
dan Parapat kota penuh kenangan. Di Desa Motung juga tersim-
pan serpihan romantika perjuangan Sisingamangaraja Si Raja
Batak yang legendaris. Konon, menurut keyakinan masyarakat
Batak di Puncak Bukit Senyum–Desa Motung itu Sisingarangaja
menancapkan tongkat tunggal panaluan, hingga mengeluarkan
air penghapus dahaga kuda Sang Raja setelah melewati perjalanan
yang melelahkan. Sejak itulah, Desa Motung menjadi basis Raja
Sisingamangaraja menghimpun kekuatan pasukannya. Di desa
yang indah dan heroik itulah masa kanak-kanak Pak Managam
tumbuh dan berkembang, sehingga siap menapaki masa rema-
janya di Simanindo (Pulau Samosir), menuju awal kedewasaan