Page 67 - Permasalahan Sektoralisme Kelembagaan Agraria di Indonesia
P. 67

1967, yaitu UU No. 1 /1967 (tentang penanaman modal asing), UU No.
            11/1967 (mengenai ketentuan-ketentuan pokok pertambangan), dan
            UU No. 5/1967 (mengenai ketentuan-ketentuan pokok kehutanan).
            Kemudian disusul pula dengan lahirnya UU No. 4/1982 (mengenai
            pengelolaan lingkungan hidup).
                 Dengan lahirnya UU Pokok bersifat sektoral yang mengatur
            sumberdaya alam tersebut, telah menandai babak baru bagi
            kelembagaan pengelolaan sumber-sumber agraria di Indonesia pasca
            kemerdekaan. Dimana agenda reforma agraria yang dicanangkan

            pemerintahan Sukarno pupus di tengan jalan, begitu juga arah
            pembangunan politik ekonomi Indonesia berbalik arah seratus
            delapan puluh derajat dari pemerintahan rezim Orde Lama. UUPA
            1960 yang digagas oleh para founding futher Indonesia pun tidak lagi
            dilihat sebagai payung hukum yang menjadi pijakan dalam mengatur
            dan mengelola sumber-sumber daya agraria. Bahkan sebaliknya,
            UUPA dalam waktu yang cukup lama di-“peties”-kan kurang lebih
            selama 13 tahun sejak awal pemerintahan Orde Baru. Konsekuensinya,
            sektoralisasi kelembagaan agraria semakin menguat, dan dibarengi
            pengaturan agraria yang sangat eksklusif akibat menguatnya ego
            sektoral masing-masing lembaga yang telah diberi kewenangan
            khusus melalui UU pokok sektoral tersebut. Akibatnya kesemerawutan
            pengelolaan agraria pun tidak dapat dielakkan, karena semakin
            hari semakin banyaknya tumpang tindih regulasi yang dihasilkan
            oleh masing-masing lembaga. Bahkan di era otonomi daerah yang
            memberikan kewenangan dan kekuasan besar pada pemerintah daerah
            dalam mengatur sumber daya alam, tumpang tindih izin pun terjadi
            dimana-mana, yang tidak sedikit berakibat pada konflik baik antar

            instansi atau pun antara warga dengan negara, atau warga dengan
            korporasi.
                 Pembahasan di depan menemukan bahwa terdapat beberapa
            kondisi yang menyebabkan terjadinya sektoralisasi kelembagaan
            agraria di Indonesia, dan termasuk tidak berfungsinya UUPA sebagai
            payung induk pengaturan agraria, kecuali untuk urusan tanah yang




            58        Permasalahan Sektoralisme Kelembagaan Agraria di Indonesia
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72