Page 91 - Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
P. 91

lanjut melakukan penataan batas, pemetaan dan penetapan kawasan
                   hutan bersama-sama dengan masyarakat adat atau masyarakat sipil.
                   Dengan demikian sekaligus memetakan dan mengukuhkan serta
                   mengakui keberadaan wilayah hutan adat. Kedua, perlindungan
                   hak atas bidang tanah masyarakat hukum adat pertama-tama harus
                   disertai dengan pengakuan negara (pemerintah) secara aktif oleh
                   Pemda.
             4.    Terbuka peluang pendaftaran tanah hutan adat melalui Peraturan
                   Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri
                   Pekerjaan Umum, dan Kepala BPN RI, Nomor 79 Tahun 2014,
                   Nomor PB.3/Menhut-11/2014, Nomor 17/PRT/M/2014, Nomor
                   8/SKB/X/2014, tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan
                   Tanah yang Berada dalam Kawasan Hutan. Peraturan Bersama ini
                   merupakan kesempatan baru terhadap pengakuan dan pendaftaran
                   penguasaan dan pemilikan tanah oleh masyarakat (perorangan
                   maupun masyarakat hukum adat) di dalam kawasan hutan.
                   Kebijakan ini merupakan langkah maju sebab memungkinkan
                   pendaftaran hak atas tanah (perseorangan dan adat) di wilayah
                   kehutanan yang semula dipahami bahwa kawasan hutan merupakan
                   hutan negara. Pendaftaran hak atas tanah dalam Peraturan Bersama
                   itu melalui mekanisme dan proses yang sama seperti pendaftaran
                   tanah umumnya di kawasan non-hutan dan subyek yang selama
                   ini telah dikenal. Bedanya pemeriksaan dan analisa dilakukan oleh
                   Tim IP4T yang merupakan gabungan lintas-sektor. Jenis hak yang
                   diberikan sebagaimana diatur dalam Pasal 16 UUPA. Yang lebih
                   penting adalah bahwa tanah yang dapat diteruskan permohonannya
                   adalah melalui penegasan hak. Akses tanah dalam kawasan hutan
                   ini merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan reforma agraria
                   yang terbuka bagi beragam subyek hak, yakni perorangan, badan
                   pemerintah, badan sosial keagamaan, dan masyarakat hukum adat,
                   dan bukan badan hukum privat yang aksesnya melalui perijinan
                   sebagaimana biasa di luar Perber ini.
             5.    Ada beberapa kendala dalam Peraturan Bersama di atas. Ia masih
                   menempatkan masyarakat adat sejajar dengan subyek hak lain
                   (personal, dan badan usaha), dan belum dilihat sebagai pihak
                   yang dapat menjalankan peran pemegang Hak Menguasai Negara
                   (HMN), sehingga dapat menerima tugas pembantuan (medebewind)


            84      Pengakuan dan Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96