Page 154 - Konsolidasi Tanah, Tata Ruang dan Ketahanan Nasional
P. 154

140   Oloan Sitorus

            3.  Ketidakstabilan otoritas  pertanahan  sejak diciutkan
                dari  Kementerian  Agraria menjadi  satu Direktorat
                Jenderal Agraria di bawah naungan Departemen Dalam
                Negeri  sejak  tahun  1966 dan diarahkannya  BPN  sejak
                tahun  1988  sebagai organisasi  pelaksana adminstrasi
                pertanahan  dalam arti  sempit  menyebabkan  konsep
                tanah dalam  perspektif wilayah  semakin  menipis dari
                lingkup  tugas pertanahan.  Akibatnya,  tugas-tugas
                pertanahan lebih difokuskan sekedar untuk melegalisasi

                atau  menyertipikasi  tanah  sebagai  aset masyarakat,
                tidak mendapat  perhatikan lagi  untuk  dilihat lebih
                luas  sebagai bagian  dari  wilayah. Dampak lanjutannya
                adalah, semakin surut  program  atau  kegiatan-kegiatan
                pertanahan yang dibangun atas konsep wilayah. Apabila
                ada beberapa kegiatan yang mencoba membangun dari
                konsep kewilayahan itu,  seperti KT,  hal  itu  dipandang

                sebagai sesuatu beyond the call of duty. Perspektif ruang
                harus  dibangun kembali  di  jajaran Kementerian  ATR/
                BPN  secara konvergen  dengan  peningkatan kapasitas
                melalui  pendidikan dan  pelatihan  baik di  luar dan di
                dalam negeri,  serta melalui lokakarya-lokakarya  dan
                pembiasaan melakukan kegiatan yang dibangun dengan
                perspektif  kewilayahan  melalui penetapan pelaksanaan
                pilot project.



            4.  Pelaksanaan  KT  yang  tidak ditindaklanjuti  dengan
                pembangunan  fisik  prasarana  jalan  dan  fasilitas  umum
                lainnya disebabkan oleh  sinergisme  kelembagaan
   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159