Page 266 - Mozaik Rupa Agraria
P. 266

dan mendiami pemukiman yang berjarak rerata 1 km dari bibir
           pantai.
               Alasan mereka  sederhana,  mereka mempunyai  sertifikat
           tanah  atas  lahan  yang  mereka  huni  dan  hak  garap  atas  lahan
           yang mereka tanami komoditas hortikultura sejak 1980an, selain
           itu mereka  telah biasa berpenghasilan Rp. 10.000.000  – Rp.
           20.000.000  setiap kali  panen  cabai  keriting  (minimal  dipanen
           6  kali) dengan  sistem  pasar  lelang yang  mereka ciptakan  sejak
           2002.  Alasan lainnya  adalah  pertanian itu merupakan  strategi
           hidup yang dapat melindungi sumberdaya air tawar tepi pantai di
           sepanjang kawasan penyangga itu. Alasan-alasan para petani itu
           merupakan argumentasi tandingan bagi argumentasi pemerintah
           dan PT JMI bahwa para petani pesisir Kulon Progo hidup miskin
           sehingga  perlu  tetesan ke bawah (trickle down effect) melalui
           industri  pertambangan dan  pabrik  baja  yang  dimodali oleh
           korporasi transnasional dan lokal, dengan periode operasi selama
           30 tahun untuk setiap wilayah pertambangan.
               Apa yang dialami oleh Tukijo dapat dialami oleh siapa saja
           ketika  berada di dalam  konflik  struktural,  yaitu  konflik antara
           rakyat berhadap-hadapan dengan korporasi dan/atau instrumen
           negara, umumnya memperebutkan sumberdaya agraria, baik itu
           di sektor infrastruktur; kehutanan; perkebunan; pertambangan;
           pariwisata;  maupun proyek  konservasi.  Dan umumnya, pihak
           negara/korporasi mengalahkan  rakyat jelata. Konflik  struktural
           bahkan  menjadi  alasan dan  semangat dalam  sejarah  pencarian
           identitas kebangsaan  dan  perjuangan mencapai kemerdekaan
           Indonesia,  sebagaimana diungkapkan oleh Jacoby (1961)  bahwa
           konflik  agraria menggerakkan kebangkitan bangsa-bangsa
           terjajah untuk melepaskan diri dari jeratan kolonialisme, dengan
           demikian sejarah Indonesia tidak lain merupakan sejarah konflik
           agraria.



                                    Agraria Perairan, Pesisir dan Perdesaan  253
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271