Page 34 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 34

Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria ....
                   Salah satu poin yang fundamental dalam pengajaran kolonial
               adalah Bahasa Belanda. Karena semua pendidikan tinggi pada
               masa itu menggunakan Bahasa Belanda sebagai pengantar, maka
               otomatis yang bisa melanjutkan ke tingkat tersebut hanyalah
               lulusan dari Sekolah Belanda (ELS). Alam Ethis membawa peru-
               bahan, mulai tahun 1907 mata pelajaran Bahasa Belanda mulai
               dimasukkan dalam kurikulum sekolah Kelas Satu (Ongko Siji).
               Lama sekolah ini adalah tujuh tahun, pada tahun pertama hingga
               kelima Bahasa Belanda dijadikan mata pelajaran. 14  Kemudian
               tahun ke-enam Bahasa Belanda dijadikan bahasa pengantar,
               selanjutnya karena dianggap belum memadai pada tahun 1911
               ditambah tahun ketujuh sehingga secara keseluruhan siswa
               sekolah Kelas Satu harus menempuh tujuh tahun pendidikan. 15
                   Kini kaum bumiputra berkesempatan lebih luas untuk
               mendapatkan pengajaran Bahasa Belanda, namun di balik itu
               masih ada halangan yang bersifat struktural. Selama masih bersifat
               pendidikan pribumi maka akses bagi siswa untuk melompat ke
               sistem sekolah Eropa yang paralel – yang juga satu-satunya jalan
               menuju level pendidikan tinggi - praktis tidak ada. Namun kemu-
               dian Pemerintah Kolonial melakukan suatu perubahan yang fun-
               damental. Pada tahun 1914 sekolah Kelas Satu diubah menjadi
               Hollandsch-Inlandsche Scholen  (HIS; Sekolah-sekolah Belanda
               Pribumi).  Mulai saat itu, kaum pribumi mendapatkan pendidikan
                      16
               yang sejajar dengan Bangsa Eropa.
                   14  Lebih lanjut Vastenhouw memberikan uraian yang lebih rinci, yaitu siswa
               kelas 1 dan 2 diajar dalam bahasa bumiputera, kelas 3 merupakan peralihan pengajaran,
               kelas 4 pengajaran sudah diberikan dalam bahasa Belanda. Lihat Vastenhouw, Sedja-
               rah Pendidikan Indonesia (Bandung: Keluarga Mahasiswa Bapemsi, 1961), hlm. 43.
                   15  M. C., Ricklefs, loc.cit.
                   16  Ibid, hlm. 239. Bisa diperjelas menjadi Sekolah (dengan sistem pengajaran)
               Belanda (yang diperuntukkan bagi) Pribumi.

                                                                    21
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39