Page 64 - Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat
P. 64
Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat 45
Hamid Hasan, pada kelompok Cim juga terdapat 12 (dua
belas) Soa, sehingga jumlah yang berpasang-pasangan
tersebut saling topang menopang dalam mengendalikan
kekuasaan kerajaan. Namun ada satu soa atau marga
yang tidak tercatat kedudukannya di kerajaan karena
memperoleh tugas-tugas lain, yaitu Soa Tongole. 64
Keotonomian soa, mengalami perubahan seiring
dengan munculnya Kesultanan Ternate. Perubahan
tersebut berimplikasi pada perubahan status desa adat (soa)
tersebut di bawah bayang-bayang kekuasaan Kesultanan
Ternate. Salah satu contoh perubahan dimaksud adalah
65
hak ulayat soa yang disebut dengan aha soa. Aha soa adalah
tanah-tanah yang dikuasai oleh sesuatu soa, namun aha
Hukum Adat Ternate” dalam Sukardi Syamsudin (Adi)
dan Basir Awal (Editor), 2005, Moloku Kie Raha. Dalam
Perspektif Budaya dan Sejarah Masuknya Islam, Himpunan
Pelajar Mahasiswa Ternate, hlm.22-40.
64 Abdul Hamid Hasan, 1998, “Falsafah Adat Ternate” dalam
Aroma Sejarah dan Budaya Ternate (Himpunan Makalah
Abdul Hamid Hasan), tanpa penerbit, Ternate, hlm.148.
65 Sebagai contoh dari pengaruh kekuasaan Kesultanan Ternate
tersebut adalah perubahan struktur pemerintahan adat
tradisional orang Tobelo yang mendiami bagian utara Pulau
Halmahera. Struktur pemerintahan adat tersebut diganti
menjadi sama persis dengan struktur pemerintahan Ternate.
Perubahan dimaksud dilakukan untuk membendung
pengaruh musuh-musuhnya – Tidore dan Jailolo – yang
melarikan diri ke wilayah orang Tobelo tersebut. Lihat Roem
Topatimasang, 2004, “Orang Tobelo. Tercerabut & Tersisih
Di Tanah Sendiri” dalam Roem Topatimasang (Penyunting),
Orang-Orang Kalah, Penerbit INSISTPress, Yogyakarta,
hlm.51 dan 52.