Page 13 - Pemikiran Agraria Bulaksumur, Telaah Awal Atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun dan Mubyarto
P. 13

Pemikiran Agraria Bulaksumur
            ritis dan konseptual, bukan terapan, dengan sendirinya tidak men-
            jadi bidang penelitian ataupun metode yang populer.
                                     + + +

                Buku yang sedang Anda pegang ini adalah hasil studi
            pemikiran mengenai pemikiran-agraria. Obyek kajian buku ini
            adalah pemikiran tiga orang sarjana terkemuka, yang kesemua-
            nya—entah kebetulan atau tidak—adalah mahaguru di Univer-
            sitas Gadjah Mada, yaitu Sartono Kartodirdjo (1921-2007), Masri
            Singarimbun (1930-1997), dan Mubyarto (1938-2005). Latar bela-
            kang ketiganya yang berasal dari Kampus Bulaksumur itu pula
            yang salah satunya kemudian membuat studi ini bisa disebut
            sebagai “Studi Pemikiran Agraria Bulaksumur”.
                Tentu akan muncul pertanyaan, bagaimana bisa pemikiran
            ketiganya dijadikan bahan kajian bagi studi pemikiran agraria,
            mengingat bidang kajian utama ketiganya bukanlah soal agraria,
            terutama jika yang dimaksud dengan “kajian utama” di sini ada-
            lah sebagaimana, misalnya, Sajogyo, Sediono M.P. Tjondronegoro,
            dan Gunawan Wiradi (ketiganya dari Institut Pertanian Bogor)
            menekuni soal yang sama.
                Atas pertanyaan ini, selain penjelasan definitif bahwa apa
            yang dimaksud dengan studi agraria adalah juga mencakup sub-
            sub persoalan, seperti misalnya sejarah agraria, kemiskinan pedesaan,
            reforma agraria, serta pembangunan pedesaan (White, 2005), dimana
            pemikiran ketiganya memiliki jejak panjang pada sebagian di
            antara sub-sub tersebut, perlu juga dikemukakan bahwa kajian
            utama ketiganya, dengan caranya masing-masing, secara keilmu-
            an telah memberikan sumbangan penting bagi pemikiran agraria
            di Indonesia. Sumbangan keilmuan di sini, karena bersifat
            epistemik, memang tidak mudah terlihat. Persis di sinilah studi
            agraria di Indonesia, yang dibentuk oleh tradisi kiri dengan pen-

            xii
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18