Page 14 - Pemikiran Agraria Bulaksumur, Telaah Awal Atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun dan Mubyarto
P. 14
Pengantar Penulis
dekatan empiris dan orientasi praksis yang kuat, perlu jeda seje-
nak untuk menteoritiskan pengalamannya. Tanpa teoritisasi
pengalaman, studi agraria akan berdiri di atas formasi diskursif
yang rapuh. Sebagai bidang kajian yang bersifat transdisipliner,
teoritisasi juga diperlukan untuk memelihara jejaring epistemik
dengan bidang-bidang keilmuan yang terkait dengan studi
agraria, seperti sejarah, sosiologi, antropologi, ekonomi, hukum,
dan lain-lain.
Soal jejaring keilmuan yang terlibat pada sebuah bidang
kajian inilah yang sebenarnya menjadi latar belakang dari
diadakannya penelitian ini. Pada mulanya kami, para penulis,
berpandangan bahwa Sartono dan kawan-kawannya, baik
disengaja maupun tidak, telah membangun sebentuk “mazhab”
di Kampus Bulaksumur. Mereka—Sartono, Masri, dan Mubyarto,
meski berangkat dari latar belakang keilmuan yang berbeda, pada
akhirnya telah bertemu pada sebuah persoalan yang—meski
dalam porsi yang berbeda—mereka tekuni bersama, yaitu studi
kemiskinan dan pedesaan, yang membuat pemikiran mereka
menjadi saling kait-mengait satu sama lain. Sayangnya, pelacakan
yang akhirnya sanggup ditunaikan oleh buku ini tak sampai pada
bayangan awal itu, karena hanya berhenti di kajian pemikiran
atas masing-masing tokoh tanpa pembahasan lebih lanjut atas
irisan pemikiran dari ketiganya.
Sebagai sebuah elaborasi awal, studi ini diakui pasti banyak
mengandung kekurangan dan kelemahan. Kami sendiri sebenar-
nya berharap buku ini baru akan terbit setelah segala kekurangan
awal yang berhasil kami catat dapat diperbaiki, atau paling tidak
diminimasi. Namun, pada akhirnya kami harus menyadari bahwa
tak ada karya yang lahir sempurna dan memuaskan (meski penga-
kuan ini bersifat apologetik). Kini, kami mengundang pembaca
xiii