Page 57 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 57

Ahmad Nashih Luthfi


               hadap sistem sosial masyarakat tani dan perlunya gerakan tani
               dalam rangka memperjuangkan penataan ulang. Tokoh terke-
               muka seperti Iwa Kusumasumantri dan Soekarno secara getol
               memberi perhatian persoalan itu. Dalam analisis tajamnya,
               Soekarno mengatakan bahwa praktek-praktek perusahan parti-
               kelir kolonial adalah bagian dari perilaku imperialisme modern.
               Modusnya berlangsung dalam empat shaktii: Indonesia menjadi
               negeri tempat diambilnya bekal hidup bangsa Belanda; peram-
               pasan untuk pabrik-pabrik Eropa; sebagai pasar bermacam indus-
               tri asing; sekaligus lapangan usaha bagi modal yang ratusan-ribu-
               an-jutaan rupiah jumlahnya. 4  Kebijakan liberalisasi pertanian
               pada masa kolonial yang masih berlaku saat itu, semenjak berla-
               kunya Agrarische Wet 1870, mendesak untuk dikaji ulang.
                   Setahun sejak diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia,
               pada tahun 1946, pemerintah membentuk kepanitian yang dia-
               rahkan melakukan penyusunan undang-undang agraria. Undang-
               undang No. 13 tahun 1946 memberlakukan penghapusan tanah-
               tanah perdikan. Selanjutnya adalah masalah tanah konversi,
               tanah sewa, erfpacht, dan konsensi landbouw. Melalui Penetapan
               Presiden No.16 tahun 1948 dibentuk Panitia Agraria yang dike-
               nal sebagi Panitia Agraria Yogya. Nama Sarimin Reksodihardjo
               tercatat sebagai ketuanya. Tugas panitia itu adalah menyusun
               usulan-usulan dalam rangka perumusan hukum agraria baru
               pengganti hukum kolonial.
                   Tahun 1950-an melalui menteri Pertanian Soenaryo dibuat
               rancangan undang-undang agraria. Berbagai simposium di bebe-
               rapa kota diadakan untuk mematangkan konsepnya. Tanggal 1
               Agustus 1960, Rancangan Undang-undang (RUU) baru hasil ker-
               jasama Departemen Agraria, Panitia Ad Hoc DPR, dan Univer-
               sitas Gadjah Mada, diajukan ke DPR-GR. RUU itu akhirnya
               disetujui DPR-GR pada tanggal 24 September 1960 dalam
               lembaran negara No. 104 tahun 1960 sebagai Undang-undang
               No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agra-


                   4  Soekarno, “Menuju Indonesia Merdeka”, dalam Dibawah Bendera Revolusi
               (Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, 1964), hal. 257 dst.
               4
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62