Page 123 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 123
Ranah Studi Agraria
penebas selalu berusaha menekan jumlah buruh panen yang
ikut panen sawahnya. Akibatnya hal ini akan menimbulkan
semacam pembagian sosial di kalangan buruh-tani itu sendiri,
yaitu antara mereka yang punya patron dan yang tidak. Dalam
setiap pertikaian mengenai tebasan, si penebas akan bisa me-
manggil buruh-kliennya agar membela kedudukannya di desa
tersebut. Perpecahan di antara kedua kelompok buruh tani
tersebut mungkin tak bisa dielakkan, karena penebas selalu
mencoba mengeksploitir persaingan di antara kedua kelom-
pok itu demi kepentingannya. Oleh karena itu, kelak tidak
hanya akan terjadi ketegangan sosial di antara penebas, petani
dan pemuka desa di satu pihak dengan buruh-tani panenan di
lain pihak, bahkan juga ketegangan di antara kelompok-kelom-
pok buruh tani itu sendiri, yang tambah melemahkan lagi posisi
mereka.
Digunakannya jenis padi bibit unggul belum membantu
memecahkan persoalan kesempatan kerja dan pembagian pen-
dapatan masyarakat di Jawa. Justru masalah-masalah tersebut
makin rumit karena adanya bibit unggul. Karena di daerah-
daerah tertentu di Jawa munculnya pemakaian bibit unggul
telah dibarengi dengan timbulnya praktek tebasan dan pema-
kaian alat sabit untuk panen, di mana kedua hal itu makin
mengurangi kesempatan kerja dan menaikkan pendapatan
petani, penebas serta hanya sejumlah kecil kelompok buruh
panenan.
Apabila pembangunan pertanian diartikan sebagai diting-
katkannya penghasilan petani dari hasil investasinya di desa,
maka tebasan memang menunjang pembangunan. Akan tetapi,
jika pembangunan pertanian diartikan sebagai perbaikan taraf
54