Page 158 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 158
Pola-pola Penguasaan Tanah di DAS Cimanuk
setan” (Arsip Nasional, 1974: 21)
Perlu dicatat bahwa timbulnya golongan pemilik tanah
luas sebagai akibat komersialisasi tidak disertai oleh timbulnya
suatu golongan petani luas. Menurut Ploegsma,
“Pemilikan tanah luas tentu tidak mengakibatkan usaha-usa-
ha tani luas. Tanah-tanah yang dikuasai oleh golongan pemi-
lik luas disewakan atau dibagihasilkan kepada penggarap-
penggarap lain; dengan demikian, dari segi ekonomi pertanian,
pola usahatani kecil-kecilan tetap bertanah” (Ploegsma, 1936:61).
Nampaknya konsentrasi pemilikan bukanlah disertai oleh
konsentrasi luas usahatani melainkan oleh suatu tingkat
penyakapan yang tinggi: sejumlah besar petani bukan pemilik,
yang masing-masing diberikan usahatani kecil atas dasar sewa
atau bagi-hasil. Pada permulaan abad ke-20, tingkat penya-
kapan di daerah Priangan termasuk di antara yang tertinggi di
Jawa, sedangkan di Cirebon sedikit di bawah rata-rata (Schelte-
ma 1931: 271, mengutip data dari tahun 1905). Perbedaan terse-
but sekarang sudah tidak nampak lagi kalau melihat angka-angka
tingkat penyakapan tahun 1973 yang disajikan dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Tingkat Penyakapan di Lima Kabupaten DAS Cimanuk (1973)
Lima
Cirebon Indramayu Majalengka Sumedang Garut
District Kabupaten
%
1. Proporsi jumlah
usahatani yang tidak
27 95 30 31 29 30
dimiliki oleh
penggarapnya #
2. Proporsi luas tanah
pertanian yang digarap 16 17 12 9 13
oleh penyakap/penyewa
# Termasuk yang tidak dimiliki sebagian maupun seluruhnya.
Sumber: Sensus Pertanian 1973 (BPS Data Bank)
89