Page 11 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 11
M. Shohibuddin & M Nazir S. (Penyunting)
hadapnya. Dari cara pandang ini kita sulit menemukan
jalan-jalan praktis apa dan bagaimana untuk menuju
emansispasi dari penghisapan kapitalis. Namun sebaliknya
kita pun akan sangat jengah manakala problema tentang
urgensi Pembaruan Agraria hanya ditanggapi dalam tataran
pragmatis dan teknis semata, sebagaimana kebanyakan
birokrat mengajukannya dalam agenda kebijakan pem-
bangunan (lihat pula, Mahasin, 1984).
Dalam konteks demikian barangkali ada baiknya bila
Pembaruan Agraria kita letakkan sebagai masalah kebuda-
yaan, atau dalam istilah Soedjatmoko (1984) disebutnya
sebagai soal ‘penyesuaian kreatif kepada dunia modern’.
Layaknya organisme mahluk hidup, daya penentang peru-
bahan tak lain sebagai ‘kekuatan yang diperlukan untuk
mempertahankan keutuhannya sendiri’, dan daya ke arah
perubahan yang tak lain sebagai ‘hal yang diperlukan dalam
penyesuaiannya terhadap masalah-masalah baru’. Keduanya
sampai derajat tertentu sebenarnya merupakan penjelmaan
daya hidup kebudayaan itu sendiri. Makin kuat integrasi
kebudayaan, semakin kuat pula daya penentang perubahan.
Sebaliknya, makin lemah integrasi kebudayaan semakin
kuat pula daya ke arah perubahan. Di sini saya sepaham
dengan pandangan tokoh intelektual besar (alm) Soedjat-
moko bahwa setiap bangsa dalam sejarahnya senantiasa
menghadapi benturan antara dua kekuatan yang berlawanan
itu.
Namun semua itu tak harus kita lihat sebagai obyek-
tivitas yang sama sekali lepas dari manusia. Sebab semuanya
itu akan harus ditafsirkan dalam dunia makna manusia,
malahan merupakan penjelmaan manusia. Suatu perubahan
x