Page 52 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 52

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

               pasang-surutnya politik kemerdekaan sampai menjelang
               lahirnya UUPA, semuanya ini melahirkan berbagai kom-
               plikasi di bidang pertanahan. Justru upaya-upaya transfor-
               masi struktural atas aneka komplikasi persoalan agraria ini-
               lah yang—melalui  pengundangan UUPA—telah ditem-
               patkan sebagai faktor penentu dalam perjuangan nasional
               bagi upaya-upaya pembentukan karakter bangsa, pertum-
               buhan ekonomi yang bertumpu pada kekuatan nasional,
               maupun penyusunan perundangan dan kelembagaan agraria
               di masa depan. Sesungguhnya, inilah zitgeist, semangat za-
               man dan situasi batin, yang melatari diundangkannya
               UUPA.
                   Dalam rangka itu, maka UUPA telah menempatkan
               sendi-sendi kesatuan nasional pada alas agraria, yaitu dengan
               menekankan kesatuan hubungan antara bangsa Indonesia
               dengan tanah-air tumpah darahnya. Dalam Pasal 1 ayat 1
               UUPA disebutkan: “Seluruh wilayah Indonesia adalah
               kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu
               sebagai bangsa Indonesia.” Selanjutnya Pasal 1 ayat 3
               menyebutkan: “Hubungan antara bangsa Indonesia dan
               bumi, air serta ruang angkasa ... adalah hubungan yang
               bersifat abadi.” Dengan demikian, hubungan manusia/
               masyarakat Indonesia dengan tanah bersifat abadi dan
               keterkaitan keduanya itulah yang menentukan keindo-
               nesiaan kita. Ini berarti bahwa selama bangsa Indonesia
               masih ada dan selama bumi, air serta ruang angkasa Indo-
               nesia itu masih ada pula, maka dalam keadaan yang bagai-
               manapun tidak ada sesuatu kekuasaan yang akan dapat me-
               mutuskan atau meniadakan hubungan itu.
                   Dengan kata lain, hubungan keduanya bersi-fat asasi

                                                                    5
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57