Page 54 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 54

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

               batnya, hal itu telah melahirkan komplikasi tambahan terha-
               dap persoalan agraria nasional, baik secara politis, yuridis,
               kelembagaan, sosial, ekonomi, maupun ekologis.


               B. Komitmen Baru Pemerintah dan Pentingnya
                   Simposium

                   Komplikasi ini dan aneka dampaknya dewasa ini sema-
               kin disadari telah menciptakan ancaman yang mendasar bagi
               keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan
               kenegaraan kita sehingga upaya penanganan dan penye-
               lesaiannya secara komprehensif menjadi sebuah imperatif
               tersendiri. Dewasa ini, kemauan dan komitmen politik
               pemerintah untuk menyelesaikan berbagai persoalan agraria
               ini semakin menguat. Bahkan pucuk pimpinan nasional
               telah menggariskan agenda pembaruan agraria ini sebagai-
               mana tertuang dalam visi dan misi pemerintahan SBY-JK
               2004-2009. Hal ini dinyatakan dalam dua konteks, yakni
               dalam “agenda perbaikan dan penciptaan kesempatan
               kerja” dan “agenda revitalisasi pertanian dan aktivitas
               pedesaan”.
                   Secara kelembagaan, Presiden Susilo Bambang Yudho-
               yono melalui Perpres No. 10 Tahun 2006 mengenai Badan
               Pertanahan Nasional juga telah menggariskan bahwa pe-
               nanganan kebijakan pertanahan dilakukan secara nasional,
               regional, dan sektoral. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
               sebagai berikut: (a) bahwa hubungan bangsa Indonesia
               dengan tanah adalah hubungan yang bersifat abadi dan
               seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia meru-
               pakan kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia; (b)
               bahwa tanah merupakan perekat Negara Kesatuan Republik

                                                                    7
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59