Page 13 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 13

Kalimantan Tengah.
                  Studi ini menemukan  beberapa hal  yang  menarik  yang  menjadi
              bagian dari  sistem  penguasaan dan  pengelolaan  tanah  bagi  masyarakat
              adat. Penguasaan tanah yang berasal dari hutan primer oleh masyarakat
              adat  Dayak diawali dengan  suatu  ritual  adat.  Pembukaan  hutan dan
              pemanfaatannya secara tradisional sehingga muncul hak adat atas tanah
              yang  kemudian  diatur  dan  dilindungi  secara  hukum.  Bagi masyarakat
              adat  Dayak,  keberadaan  tanah  dan  hutan  merupakan bagian  penting
              dari identitasnya, hal ini tercermin pada pola pemanfaatan tanah secara
              langsung  dan atau  melalui  pengolahan  tanah.  Selain  sebagai  sumber
              ekonomi,  hutan bagi masyarakat Dayak juga merupakan basis kegiatan
              sosial, budaya, politik dan spiritual guna memenuhi kebutuhan bersama
              (komunitas) atau kebutuhan individu dan keluarga.
                  Pada konteks ini,  negara  telah melakukan klaim  atas  tanah  adat
              sebagai hutan negara lewat peta dan rencana TGHK 1982 melalui otoritas
              Kementerian Kehutanan. Klaim ini sudah jelas akan menimbulkan persoalan
              karena masyarakat  adat  sebagai  sebuah komunitas membayangkan
              wilayah atau hutan yang dikuasai adalah rumah sekaligus ruang hidupnya.
              Apalagi  penentuan—klaim—hutan  negara  tanpa  melibatkan pemangku
              kepentingan adat, pemerintah setempat, dan masyarakat lokal. Klaim di
              atas berpotensi menimbulkan ketidakpastian kawasan hutan dan tenurial
              (terkait hak-hak  legal  atas  tanah masyarakat  adat Dayak)  yang  selama
              ini sudah menjadi wilayah penguasaan dan pengelolaannya. Seharusnya,
              negara secara nyata hadir dalam upaya mendefinisikan ulang ruang hidup
              masyarakat atas tanah adat dalam kawasan hutan. Dengan begitu diharapkan
              dapat melahirkan  kepastian hukum, kemanfaatan/kemakmuran  dan
              keadilan bagi masyarakat  adat Dayak itu  sendiri.  Dalam nuansa itulah,
              semestinya negara melindungi dan mempertahankan keberadaan hak-hak
              ulayat masyarakat adat (Dayak), serta mempermudah implementasi dalam
              pendaftaran hak atas tanahnya jika hal itu dikehendaki oleh masyarakat
              adat itu sendiri.

                  Kelima, Problem Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Tema
              ini tidak baru, akan tetapi, menjadi strategis dan penting karena gencarnya
              pembangunan dengan kebutuhan tanah yang besar haruslah secara terus
              menerus dikontrol oleh semua komponen agar cara-cara yang digunakan
              oleh negara  dalam  pembebasan lahan  tidak merugikan masyarakat,
              khususnya masyarakat kecil. Pada konteks ini,  relevansi kajian  tidak
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18