Page 255 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 255

Pengakuan Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah dalam ...  237


              tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan
              Pendaftaran Tanah),  sedangkan  penetapan  pemberian  Hak  Komunal
              (yang diasumsikan sama dengan hak atas tanah) dilakukan oleh otoritas
              Pemerintah Daerah (Pasal 13 ayat 1 Permen ini).
                  Keempat, operasionalisasi  rencana  pelaksanaan  Perber dan  Permen
              yang dilakukan atas dasar  permohonan  perorangan  (sporadik),  kurang
              optimal. Di atas, telah diuraikan bahwa langkah awal mengoperasionalkan
              Perber  dan  Permen  dengan  dilakukan  pelepasan  (bukan  pelepasan
              hak) tanah-tanah yang dikuasai masyarakat secara nyata yang berada di
              kawasan  hutan  oleh  Menteri  Kehutanan,  ditindaklanjuti  dengan  proses
              pensertipikatan.  Output Perber  dan Permen hanya melepaskan  tanah-
              tanah dimaksud dari kawasan hutan. Bukan pelepasan hak oleh Menteri
              Kehutanan dan juga bukan sekaligus pensertipikatan tanah, karena belum
              dilakukan  pengukuran  secara kadastral  serta Panitia IP4T belum  tidak
              kewenangan sebagaimana kewenangan Panitia A. Menurut Pasal 1 angka
              6 PP 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi
              Kawasan Hutan, pelepasan kawasan hutan adalah perubahan peruntukan
              kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi  menjadi  bukan kawasan
              hutan.

                  Output kegiatan ini merupakan pelepasan kawasan hutan, sehingga
              obyeknya harus serentak dilepaskan, untuk semua tanah-tanah yang ada
              dalam  lingkup  satu desa.  Kurang optimal  jika  pelepasannya dilakukan
              secara  sporadik,  sebagaimana rencana pelaksanaan pensertipikatan
              tanah yang dilakukan oleh Kantah Katingan dan Kantah Sampit melalui
              Proyek Prona. Jika orientasinya adalah target jumlah bidang, karena alasan
              pendanaan dari DIPA yang terbatas, maka potensi terjadi kesulitan dalam
              melakukan deliniasi dari peta kawasan hutan yaitu secara sporadik (disana,
              disini). Dalam pemetaan tanah adat ini harus ada kejelasan kriteria dalam
              pembuktian baik berupa bangunan, tanam tumbuh. Potensi masalahnya
              dalam pembuktian hutan adat baik untuk tempat keramat, hutan perburuan
              atau sistem rotasi tanaman (lading berpindah).

                  Dapat  dikatakan  bentuk-bentuk penyelesaian penguasaan  tanah
              dalam kawasan hutan dilakukan dengan analisis data fisik dan data yuridis
              yang sudah diperoleh oleh Tim IP4T adalah:
              1)   klaim perorangan, badan pemerintah, badan sosial/keagamaan atau
                  masyarakat hukum  adat  terhadap hutan hak  yang  penguasaan  atas
                  tanahnya  sudah dilakukan  20  tahun atau  lebih diproses  melalui
   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260