Page 296 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 296

Senthot Sudirman, Dian Aries Mujiburrohman, Theresia Suprianti
            278

            bidang tanah di Desa Puren didominasi oleh lahan pertanian yang dapat
            di,iliki oleh warga dan sebagai tanah kas desa (TKD). Jika dicermati juga
            ada hubungan antara besarnya sisa bidang-bidang tanah yang belum dapat
            diselesaikan antara di Desa Sambirejo yang didominasi oleh tanah warga
            dan di  Desa  Puren  yang didominasi  oleh  tanah warga campur dengan
            tanah  kas  desa  (TKD).  Semakin  besar  keberadaan  TKD  sebagai  obyek
            tanah yang dibebaskan maka semakin lama proses penyelesaiannya, hal ini
            disebabkan oleh bahwa pihak yang memerlukan tanah harus mencarikan
            ganti  untuk  tanah  TKD yang  dibebaskan  tersebut.  Kondisi  inilah yang
            biasanya menghambat proses pengadaan tanah untuk pembangunan bagi
            kepentingan umum, seperti jalan tol ini.




















             Gambar 4.1 Hubungan antara jumlah bidang dengan jumlah luas bidang-bidang
                   tanah obyek pembebasan tanah di setiap desa. Sumber: Tabel 4.1

                Untuk mempermudah melihat kecenderungan hubungan  antara
            jumlah bidang dan luasnya, perlu dicer,ati Gambar 4.1. Dari gambar tersebut
            mudah diketahui bahwa ada kecenerungan hubungan positif antara jumlah
            bidang  tanah dengan  luasnya di  masing-masing  desa  untuk desa-desa
            dengan obyek pembebasan tanah yang sedikit hingga sedang, sebaliknya
            hubungan tersebut tidak tampak untuk desa-desa dengan jumlah bidang
            yang banyak, misalnya dapat dilihat di  Desa Kemaduh,  Banaran Wetan,
            Pisang, dan Mungkung.
                Selanjutnya kondisi perkembangan realisasi pembebasan tanah milik
            warga ditunjukkan pada Gambar 4.2. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa
            semakin  tinggi  jumlah obyek  pembebasan  tanah di  suatu desa  semakin
            besar  sisa  bidang-bidang  tanah  yang  belum  dapat  dibebaskan,  seperti
            ditunjukkan di Desa Banaran Wetan, Waung, Kemaduh, Kedungrejo, dan
   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301