Page 324 - Problem Agraria, Sistem Tenurial Adat, dan Body of Knowledge Ilmu Agraria- Pertanahan (Hasil Penelitian Sistematis STPN 2015)
P. 324

Senthot Sudirman, Dian Aries Mujiburrohman, Theresia Suprianti
            306

            kendala dalam proses pembayaan UGR oleh PPK Mantingan-Kertosono II
            di Kabupaten Nganjuk.

                Dijelaskan  oleh Suroto  dan  Aminudin (2015,  komunikasi  pribadi)
            bahwa proses pembebasan tanah dari wakaf lebih sulit daripada tanah dari
            masyarakat, dan proses pembebasan tanah aset desa lebih sulit daripada
            tanah wakaf. Oleh karena itu, walaupun jumlah dari sisa tanah aset desa
            dan  tanah wakaf  yang  belum dibebaskan  lebih  sedikit dari  tanah  yang
            berasal  dari  masyarakat,  namun  penyelesaiannya menguras konsentrasi
            dan perjuangan yang lebih besar. Hal ini harus dijadikan catatan bagi P2T
            dalam penyelesaiannya.


            C.   Upaya dan Rumusan Penyelesaian Permasalahan
                Pengadaan Tanah untuk Jalan Tol

                Dalam merumuskan gagasan upaya penyelesaian kendala pembebasan
            tanah  dalam  pembangunan  jalan  tol  ini,  penulis  berangkat  dari hasil
            identifikasi  kendala-kendala  dan  penyebabnya  yang  umum  dan  sering
            timbul dalam pembebasan tanah,  khususnya  jalan tol.  Hasil  identifikasi
            kendala  pembebasan  tanah dan  gagasan  upaya  penyelesaiannya adalah
            sebagai berikut:
                  Rendahnya pengetahuan  dan  kesadaran pemilik  tanah  mengenai
            fungsi  sosial  atas  tanah menyebabkan mereka lebih mengutamakan
            kepentingan  sendiri  di  atas kepentingan  umum,  misalnya keengganan
            mereka melepaskan  tanahnya  untuk kepentingan  umum.  Hal ini  dapat
            dipahami, memang selama ini tidak pernah dilakukan sosialisasi mengenai
            fungsi sosial hak atas tanah tersebut oleh Pemerintah sebagai pemegang
            otoritas.  Sosialisasi  tentang  “fungsi  sosial  hak  atas  tanah”  ini  umumnya
            hanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengadaan tanah, sehingga
            sangat  dimungkinkan kegiatan ini  tidak bersesuaian  dengan kondisi
            psikologis  yang  tepat.  Oleh karena itu,  diusulkan  adanya  sosialisasi
            mengenai hukum  pertanahan  secara bertahap  dan  terstruktur melalui
            POKMASDARTIBNAH (Kelompok  Masyarakat  Sadar  Tertib  Pertanahan)
            yang ada di setiap desa. Namun demikian, pembentukan danpengelolaan
            Pokmasdartibnah ini juga perlu digalakkan.
                Adanya  keberatan  dan  penolakan  masyarakat  terhadap  rencana
            pembangunan jalan TOL yang melalui permukiman mereka, merupakan
            salah satu akibat dari rendahnya pemahaman masyarakat tentang fungsi
   319   320   321   322   323   324   325   326   327   328   329