Page 219 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 219
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Hari Saptoe djam 8 malam tanggal 3 boelan 11, soenji senjap gelap.
Hanja doea boeah obor ketjil menjala. Riboean rakjat, toea moeda,
dalam keadaan basah koejoep. Orang menggigil kedinginan. Dalam
keadaan itu, semangat rakjat jang beriboe-riboe itoe diperkoeat dengan
boenji sendjata tiga kali sebagai penghormatan kepada para pahlawan
kita... Soenji senjap. Kesoenjian ini diptjahkan oleh soeara pekik
66
"Merdeka!". Terdengar soeara mengharoekan .
Tidak hanya di Giriloyo, pemakaman korban pertempuran
Magelang juga dilakukan di berbagai tempat. Di Semaki, Sabtu 3
November 1945 pukul 16.00 BPKKP, KNI, PMI, dan PRI memakamkan
tiga orang yang tidak diketahui identitasnya. Minggu 4 November 1945
pukul 11.00 pemakaman R. Adam saudara ipar dr. Heerdjan, seorang
pegawai pegadaian dan Angkatan Muda Magelang gugur. Jenazahnya
dimakamkan di Kuncen bersama dengan keempat pemuda lain yang
mempertahankan Roemah Pegadaian Magelang. Sementara itu, Senin 5
November pukul 10.00 dimakamkan pula dua pemuda di pemakaman
Semaki. Kedua pemuda tersebut ialah Soenjoto dari Bausasran dan
67
Sena, pelajar Taman Siswa dari Ngasem .
Soegijono, anggota Palang Merah Indonesia Muntilan yang
tertembak dan ditawan oleh musuh menjadi saksi atas kekejaman
tentara Gurkha, Nica, dan Jepang di tangsi. Mula-mula ia bercerita
bahwa ia di bawa ke SMP Boton. Di sana ia melihat ada 25 orang yang
dibariskan oleh Jepang lalu ditembak dengan mitraliur. Mitraliur itu
berisi 50 peluru. Dari ke-50 isi peluru itu, hanya menewaskan empat
orang.
Soegijo pun menuturkan bahwa di antara tawanan terdapat
seorang perempuan bernama Soekesih, guru SMPP di Magelang. Ia
meminta kepada opsir Inggris supaya pemuda Indonesia yang terluka
dan ditawan dirawat semestinya. Selanjutnya, ia berkata, "kalau tuan
tidak mau mereka, lebih baik bunuh saja kami semua ini". Sementara di
bangsal perawatan rumah sakit, pemuda Indonesia ditakut-takuti akan
dibunuh semua. Masih menurut Soegijo, orang-orang Jepang turut
bertempur di Magelang karena dihasut Inggris dengan berkata bahwa
orang Indonesia telah membunuh semua orang Jepang. Di dalam tangsi
penawanan itu, setiap jam 09.00 malam selalu diperdengarkan siaran
radio, di antaranya yang sering didengar oleh Soegijo ialah berita
tentang keunggulan pemuda Indonesia; “pemuda Indonesia sangat
207