Page 389 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 389

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                Denpasar  ini  sebagai  suatu  usaha  mendaki  gunung.  Apabila  satu
                puncak sudah dapat dicapai, maka timbul lagi suatu puncak baru yang
                harus dicapai dengan perjuangan pendakian yang lebih berat. Artinya,
                suatu  sukses  gemilang  pendakian  telah  dicapai  di  Denpasar.  Namun,
                pembangunan  ketatanegaraan  Indonesia  belum  selesai  hanya  dengan
                dibentuknya  Negara  Indonesia  Timur.  Lebih  banyak  usaha  dibutuhkan
                untuk  mewujudkan  ketatanegaraan  Indonesia,  yaitu  terbentuknya
                                                                     131
                Negara Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat.  Akhirnya, van
                Mook  mengharapkan  agar  NIT  yang  muda  ini  dapat  berkembang
                menjadi suatu negara yang kuat dan memiliki identitas sendiri. Dengan
                demikian,  NIT  menjadi  merdeka  dan  berdaulat  serta  sederajat  dengan
                Belanda.   Sebelum  Ketua  Tadjoedin  Noor  membubarkan  rapat,
                        132
                Presiden   Soekawati    mengumumkan      bahwa     dia   mengangkat
                Nadjamoedin  Daeng  Malewa  sebagai  pembentuk  kabinet  pertama
                NIT.
                    133
                        Sementara itu, sejak terbentuknya NIT sudah nampak perbedaan
                pandangan di antara pejabat negara baik di eksekutif maupun di badan
                legislatif.  Dua  pejabat  negara  tertinggi  NIT,  Presiden  Soekawati  dan
                Ketua  Badan  Perwakilan  Sementara  (BPS)  Tadjoedin  Noor,  keduanya
                mewakili suatu aliran politik tertentu yang menyeret ke suasana konflik
                di  lembaga  kenegaraan  maupun  respons  di  masyarakat.  Presiden
                Soekawati mewakili aliran nasionalis-konservatif dan asiosiatif yang ingin
                mengulurkan  tangan  ke  pihak  Belanda,  sesuatu  yang  sangat  penting
                dalam  proses  pembangunan  Indonesia  seluruhnya,  khususnya  dalam
                ketatanegaraan federal atau serikat. Sebaliknya, Tadjoedin Noor seorang
                nasionalis-progresif-revolusioner  yang  mewakili  golongan  Republikan,
                yang  melihat  bahwa  NIT  tidak  dapat  dipisahkan  dari  RI,  dan  Makasar
                sebagai  pusat  pemerintahan  NIT  harus  bekerjasama  erat  dengan
                Yogyakarta, pusat pemerintahan RI.
                                                  134
                        Meskipun muncul kritik atas kehadiran NIT sebagai ciptaan dan
                tindakan  sepihak  H.J.  van  Mook,  Ide  A.A.  Gde  Agung  menyatakan
                bahwa hal itu tidak benar. Apa yang dicapai dalam Konferensi Denpasar
                untuk  menghasilkan  peraturan  pembentukan  NIT  adalah  hasil
                perundingan yang bebas dan demokratis antara wakil-wakil dari utusan
                daerah dengan van Mook. Namun diakui pula bahwa sikap yang sangat
                legalistik pihak Belanda tekah memunculkan kritik. Pihak Belanda yakin
                bahwa mereka masih berkuasa secara de facto dan de jure di Indonesia
                Timur, karena itu Belanda menginginkan agar hasil yang dicapai dalam



                                                                                 377
   384   385   386   387   388   389   390   391   392   393   394