Page 392 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 392
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
kekuasaan Republik dan menolak ketiga konferensi (Malino,
141
Pangkalpinang dan Denpasar).
Begitu juga di Sumbawa, organisasi kelompok Republik yang
menyebut dirinya Badan Penerangan Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPPKI) di bawah pimpinan seorang dokter pemerintah Hindia Ario
Tedjo, mengadakan rapat pada tanggal 22 Desember 1946. Seusai
rapat, mereka melakukan aksi menempelkan plakat memakai kertas
merah putih bertuliskan ―100 Persen Merdeka‖. Pada pertemuan
sebelumnya, peserta rapat juga mendukung kedua tokoh Republikan,
dr. M.S. Ario Tedjo dan Sumadi, dan menyatakan bahwa rakyat
Sumbawa tetap berdiri di belakang RI. Kemudian di Bima, sebuah
organisasi Angkatan Demokrasi Luhur (ADIL) dibentuk di bawah
pimpinan Noer Soelaiman pada 7 Januari 1946. Tujuannya adalah
mengajak semua lapisan masyarakat atas dasar demokrasi mendukung
Republik menjadi bagian Negara Indonesia Serikat sesuai bunyi pasal 17
142
Persetujuan Linggajati.
Perlu ditegaskan bahwa kekhawatiran masuknya pengaruh
Republik di kalangan wakil-wakil daerah, sebagai peserta konferensi,
tampak dari tindakan aparat keamanan NICA yang melarang wartawan
Republik meliput jalannya acara konferensi di Denpasar. Kemudian
terjadi satu persitiwa yang dikenal ―Insiden Denpasar‖, di mana tiga
orang wartawan Republik—M. Loebis, Mendoer dan Sjaaf Aat—
dipulangkan ke Jakarta dengan tuduhan sebagai propagandis Republik
yang membangkitkan semangat pemuda. Kehadiran wartawan-
143
wartawan Republik ini oleh aparat keamanan NICA dikaitkan dengan
iring-iringan massa mengiringi upacara pemakaman jenazah almarhum
Letkol I Gusti Ngurah Rai di tempat kelahirannya di desa Carangsari,
Badung Utara pada 26 Desember 1946.
Ungkapan belasungkawa oleh warga masyarakat menurut adat
Bali dianggap demonstrasi besar-besaran oleh pihak Belanda. Di
Denpasar, sekelompok pemuda merespons positif panggilan bagi
dorongan menuju kemerdekaan 100%, yang jelas terbukti dari dua
demonstrasi besar yang digerakkan pada kesempatan pemakaman
Letkol I Gusti Ngurah Rai yang tewas tertembak pada 20 Nopember
144
1946 di Marga, Tabanan.
Demonstrasi pertama terjadi pada 26 Desember 1946, ketika
mereka berangkat, dengan enam mobil penuh orang, ke Carangsari
380