Page 153 - Penelitian Pendidikan
P. 153
e) 30 siswa dipilih secara acak (dengan bantuan dari tabel angka acak) dari masing-masing subkelompok kemampuan; yaitu, total 90 siswa dipilih 30 siswa berkemampuan tinggi, 30 siswa rata-rata, dan 30 siswa berkemampuan rendah.
f) 30 siswa di setiap sampel subkelompok secara acak ditugaskan ke salah satu dari dua metode pengajaran; yaitu, 15 dari masing-masing 30 secara acak ditugaskan untuk setiap metode. Oleh karena itu, 45 siswa akan berpartisipasi dalam setiap metode pengajaran 15 siswa berkemampuan tinggi, 15 siswa berkemampuan rata-rata, dan 15 siswa berkemampuan rendah.
Stratifikasi dapat dilakukan pada lebih dari satu variabel. Dalam contoh ini kita
bisa membuat stratifikasi berdasarkan minat matematika atau nilai matematika sebelumnya kemampuan. Contoh berikut, berdasarkan situasi yang familiar, akan membantu memperjelas proses pengambilan sampel bertingkat lebih lanjut.
Contoh Pengambilan Sampel Bertingkat Proporsional. Misalkan teman lama kita pengawas ingin menjamin keterwakilan proporsional proses pembelajaran dalam sampel gurunya. Kita dapat menerapkan masing-masing dari lima langkah yang dijelaskan sebelumnya untuk memilih sampel bertingkat:
a) Populasinya adalah 5.000 guru dalam sistem sekolah pengawas.
b) Ukuran sampel yang diinginkan adalah 10% dari 5.000 guru, atau 500 guru.
c) Variabel minat adalah proses pembelajaran, dengan tiga subkelompok-
Sekolah Dasar, menengah, dan tinggi.
d) Klasifikasikan guru ke dalam subkelompok. Dari 5.000 guru, 65%, atau 3.250,
adalah guru SD; 20%, atau 1.000, adalah guru sekolah menengah; dan 15%,
atau 750, adalah guru sekolah menengah atas.
e) Kita ingin 500 guru. Karena kita ingin keterwakilan proporsional, 65% sampel
(325 guru) harus guru SD, 20% (100 guru) guru SMP, dan 15% (75 guru) guru SMA.
151