Page 363 - Penelitian Pendidikan
P. 363
iv) Memilih Uji Signifikansi
Banyak uji statistik signifikansi yang berbeda dapat diterapkan dalam studi penelitian. Faktor seperti skala pengukuran yang diwakili oleh data (misalnya, nominal, ordinal, dll.), metode pemilihan peserta, jumlah kelompok yang dibandingkan, dan nomor dari variabel independen menentukan uji signifikansi mana yang harus digunakan dalam studi tertentu. Sangant penting bagi peneliti untuk memilih tes yang tepat karena tes yang salah dapat menyebabkan kesimpulan yang salah. Langkah pertama dalam memilih uji signifikansi yang tepat adalah dengan mengetahui uji yang akan dilakukan merupakan uji parametrik atau uji nonparametrik.
Tes parametrik biasanya lebih kuat dan umumnya lebih disukai karena lebih praktis. “Lebih kuat” dalam hal ini berarti berdasarkan hasil, peneliti lebih cenderung menolak hipotesis nol yang salah; dengan kata lain, penggunaan tes yang kuat membuat peneliti lebih mungkin untuk mengidentifikasi efek yang sebenarnya dan dengan demikian lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan kesalahan Tipe II.
Tes nonparametrik dinilai tidak sekuat tes parametrik. Dengan kata lain, lebih sulit dengan uji nonparametrik untuk menolak hipotesis nol pada tingkat signifikansi tertentu; biasanya, ukuran sampel yang lebih besar diperlukan untuk mencapai tingkat signifikansi yang sama seperti dalam uji parametrik. Selain itu, banyak hipotesis tidak dapat diuji dengan tes nonparametrik. Namun demikian, seringkali kita tidak punya pilihan selain menggunakan statistik nonparametrik ketika kita berhadapan dengan variabel masyarakat yang tidak mudah diukur pada skala interval, seperti agama, ras, atau etnis.
1. Ujit
Uji t digunakan untuk menentukan apakah dua kelompok skor berbeda secara signifikan pada tingkat probabilitas yang dipilih. Misalnya, uji t dapat digunakan untuk membandingkan skor membaca untuk pria dan wanita di Sekolah Dasar . Strategi
dasar uji t adalah membandingkan perbedaan aktual antara rata-rata kelompok (X̄ 1
361