Page 105 - Pendidikan-Agama-Kristen--Kelas-8
P. 105
Mari kita simak cerita berikut:
Ada seorang ibu yang setiap hari terus mengeluh karena rumahnya terlalu
kecil. Ia memiliki tiga orang anak yang tidak mempunyai kamar. Tidurpun harus
bertumpukan, belajar juga harus bergantian. Lalu, ia menemui pendetanya, dan
mengeluhkan keadaannya.
“Tuhan kok tidak peduli dengan keluarga kami, pak pendeta. Padahal kurang apa
saya dan suami ini; bekerja keras sudah, berdoa dan berpuasa juga sudah. Tapi hidup
kami ya begini-begini saja. Kami mesti bagaimana lagi?” tanyanya.
“Saya punya cara untuk mengatasinya. Asal ibu mau mengikuti semua kata-kata
saya,” kata pak pendeta.
“Saya janji, pak pendeta. Pokoknya asal kami bisa menarik napas lega.”
“Ajaklah para keponakan dan sepupu ibu menginap di rumah ibu. Minggu depan
ibu datang lagi ke mari.”
Walau heran, ibu itu mengikuti kata-kata pak pendeta. Ia pulang, lalu mengajak
para keponakan dan saudara sepupunya menginap di rumahnya. Seminggu
kemudian ia datang kembali ke pendetanya.
“Waduh, pak pendeta, rumah kami tambah sumpek dan sempit. Tobat saya, tobat.
Bagaimana ini?” keluhnya pula.
“Ibu masih mau mengikuti kata-kata saya?” tanya pak pendeta.
“Tentu, pak pendeta. Pokoknya asal kami bisa menarik napas lega deh.”
“Begini, ibu masih memiliki beberapa ekor kambing dan ayam, bukan? Nah, ibu
coba bawa mereka semua masuk ke rumah. Minggu depan Ibu kembali ke sini.”
Benar-benar nasihat gila. Tetapi karena sudah janji, ibu itu menuruti juga
apa yang dikatakan pak pendeta. Ia pulang, lalu membawa masuk ke rumahnya
kambing dan ayam miliknya. Seminggu kemudian ia datang lagi ke pendetanya
dengan wajah tambah kusut mawut.
“Rumah kami tambah tak karuan. Bukan hanya sumpek dan sempit, malah jadi
bau dan kotor. Sekarang apa lagi nasihat bapak?” tanyanya putus asa.
“Nah, sekarang ibu pulang deh. Semua keponakan dan sepupu pulangkan ke
rumah mereka masing-masing. Kambing dan ayam kembalikan ke kandang,” kata
pak pendeta lagi.
Ibu itu menurut, memulangkan keponakan dan sepupunya, mengembalikan
ternak ke kandangnya. Besoknya ia datang dengan wajah cerah. “Puji Tuhan, pak
pendeta, rumah kami tidak sumpek lagi sekarang. Kami bisa menarik napas lega,”
katanya dengan amat gembira.
Berdasarkan cerita diatas, kita diminta untuk memilih dalam kehidupan ini,
memilih untuk berkeluh kesah atau bersyukur atas rahmat-Nya. Memilih artinya,
ada sejumlah hal yang tersedia, dan kita mengambil hal yang sesuai dengan apa
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 97