Page 106 - Pendidikan-Agama-Kristen--Kelas-8
P. 106
yang kita anggap terbaik, atau yang sesuai dengan selera kita. Contoh pertama,
bila kita berada di sebuah restoran atau rumah makan, dan pelayan restoran
menyodorkan menu yang berisi daftar makanan yang tersedia, kita diminta untuk
memilih makanan apa yang mau dipesan. Tentunya kita memilih makanan yang
kita sukai sehingga makanan itulah yang kita pesan. Contoh kedua, kamu hendak
membeli sepatu sekolah karena sepatumu sudah rusak. Saat berada di toko sepatu,
kamu pasti akan melihat-lihat dulu model sepatu apa yang cocok untuk dijadikan
sepatu sekolah. Selain model, tentu kamu juga memilih warna yang sesuai, yang
boleh dipakai di sekolah. Memilih dilakukan karena ada beberapa yang tersedia,
dan tidak mungkin kita mengambil semua yang ada.
Memilih untuk bersyukur dapat diibaratkan seperti contoh cerita Ibu dan
rumahnya di atas. Ada sejumlah pilihan dan kita diminta untuk memilih bersyukur,
karena ini adalah yang terbaik, yang paling sesuai dengan keadaan kita. Hidup
bersyukur itu pilihan, tidak tergantung pada situasi dan kondisi di luar diri kita.
Dalam keadaan susah dan berat pun kita harus bersyukur. Dalam pelajaran kali ini,
kita dapat melihat pada keteladanan dari Nabi Yeremia dan Nabi Habakuk, mereka
berdua adalah contoh orang-orang yang dapat tetap bersyukur sekalipun tengah
mengalami kesusahan.
Apa yang istimewa pada Nabi Yeremia? Yeremia lahir dan dibesarkan di sebuah
desa yang bernama Anatot, terletak enam kilometer arah timur laut dari Yerusalem.
Ia adalah putra seorang imam. Yeremia memberitakan f rman Tuhan mulai dari
zaman Raja Yosia dari kerajaan Yehuda, dilanjutkan dengan Raja Yoyakim dan
Raja Zedekia (keduanya anak dari Raja Yosia), hingga kemudian bangsa Israel dan
penduduk Yerusalem serta Yehuda mengalami pembuangan ke negeri Babel.
Seluruh seruan nabi Yeremia (bisa dibaca di Kitab Yeremia) menunjukkan kegigihan
Yeremia dalam menghadapi bangsa Israel dan Yehuda yang keras kepala, tidak taat,
dan terus menerus hidup menyimpang dari jalan Tuhan. Selama masa tugasnya,
Yeremia tidak jemu-jemu memperingatkan bangsanya agar bertobat dan
meninggalkan dosa mereka sebab kalau tidak, hukuman Allah akan segera turun
atas mereka. Akan tetapi, tidak satu pun perkataan Yeremia yang didengarkan oleh
mereka, bahkan, mereka justru berulang kali melakukan penghinaan terhadap
Yeremia. Hal yang lebih menyakitkan hati adalah bahwa imam yang bekerja di
rumah Tuhan justru menganiaya Yeremia karena perkataanya yang mengajak agar
bangsa Yehuda bertobat (bisa dibaca di Yeremia 20).
Tidak ada yang lebih menyakitkan, selain ketika kebaikan tidak diterima dengan
sukacita, tetapi justru dibalas dengan keburukan. Begitulah yang dialami oleh
Yeremia dari bangsanya. Bahkan begitu beratnya penderitaan Yeremia, sampai-
sampai ia pun berkata demikian: “Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan
harapanku kepada Tuhan” (Ratapan 3:18).
98 Kelas VIII SMP