Page 101 - Pendidikan-Agama-Kristen--Kelas-8
P. 101
ketika ia mencoba terbang, ternyata ia tidak sanggup untuk terbang tinggi.
Tubuhnya yang menjadi gemuk sulit terbang tinggi. Ia mencoba lagi, tapi
tetap tidak berhasil. Setelah beberapa hari, tubuhnya mulai kurus karena tidak
ada makanan yang bisa disantap. Walau pun begitu, ia tetap tidak bisa terbang
karena kini ia menjadi lemah, akhirnya burung tersebut pun mati. Cerita ini
mengajarkan bahwa kehidupan nyaman belum tentu memberikan akhir yang
membahagiakan.
Kadang kala kita mengucap syukur secara otomatis, artinya, apa pun situasi
yang sedang dihadapi, secara spontan kita langsung mengatakan “Syukur, Tuhan.
” Di satu sisi, memang inilah yang diinginkan, namun di sisi lain, ternyata dengan
bersikap spontan seperti itu, kita tidak lagi memaknai ucapan syukur yang kita
naikkan. Apakah kita bersyukur karena itu diwajibkan? Apakah sungguh-sungguh
kita bersyukur bila berada dalam situasi yang sangat sulit? Selain itu, cukup
banyak orang yang salah paham dalam mengartikan makna bersyukur. Apa
kesalahan mereka? Yaitu ketika menganggap bahwa bersyukur dilakukan dengan
pasrah, tanpa dimaknai dengan sungguh-sungguh. Apa bedanya? Sikap pasrah
atau disamakan juga dengan sikap fatalistik adalah sikap menerima apa adanya.
Bahaya dari sikap ini adalah, tanpa melakukan apa-apa, karena merasa tidak punya
kekuatan, kita tetap berharap pertolongan akan tiba dengan sendirinya. Tuhan
tidak ingin kita bersikap pasif seperti ini. Tuhan ingin supaya dalam keadaan sesulit
apa pun, kita tetap memiliki harapan terhadap pembebasan dari Tuhan.
Pada pelajaran sebelumnya (Pelajaran 10), kita tahu bahwa apa yang kita perlu
dapat kita sampaikan kepada Allah yang MahaTahu. Allah tidak menulikan telinga
dan membutakan mata melihat kesusahan yang kita alami. Allah menyiapkan
pertolongan tepat pada waktu-Nya, namun, Allah menunggu apakah kita
sungguh-sungguh meminta pertolongan-Nya, dan bersandar pada kuasa-Nya.
Pada saat kita tetap menunjukkan sikap bergantung pada Allah dalam situasi
sulit, orang-orang di sekitar kita akan melihat bahwa sumber kekuatan kita adalah
dari Tuhan sendiri. Rasa syukur yang kita naikkan pada situasi sulit ini bukanlah
karena kita bertindak emosional, melainkan karena menyadari bahwa Allah tetap
bekerja dalam situasi sesulit apa pun, karena bagi Allah, tidak ada yang mustahil
(Lukas 1: 37).
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Menyanyikan Kidung Jemaat Nomor 457 “Ya Tuhan, Tiap Jam”
Ya Tuhan tiap jam ‘ku memerlukan-Mu
Engkaulah yang memb’ri sejahtera penuh.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 93