Page 10 - EBOOK REVOLUSI PRANCIS
P. 10
UNTUK KALANGAN TERBATAS EBOOK- SEJARAH REVOLUSI PRANCIS
XVI menyerah pada tuntutan golongan bangsawan dan memilih bekerjasama dengan
Estates General dari pada membiarkan Prancis menjadi bangkrut.
Masalah voting serta keanggotaan dalam Estates General menyulitkan badan ini
untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, masyarakat Prancis menghendaki agar
lembaga ini mengambil peran dalam kehidupan politik Prancis. Sementara itu,
terdapat perselisihan paham mengenai tata cara pemungutan suara diantara ketiga
golongan tersebut. Golongan gereja dan bangsawan menghendaki agar pemungutan
suara dilakukan oleh golongan bukan perorangan. Adapun golongan ketiga yang
menyadari bahwa jumlah mereka sangat banyak, menghendaki agar voting dilakukan
secara perorangan. Perdebatan mengenai prosedur voting yang berlangsung selama
berminggu-minggu ini diakhiri dengan tindakan pasukan Louis XVI dengan mengusir
semua anggota golongan ketiga dari tempat siding pertemuan. Golongan ketiga
akhirnya memilih tempat bersidang dilapangan tenis tertutup. Mereka membentuk
dewan nasional atau National Assembly pada mei 1789.
Peristiwa pembentukan Dewan Nasional ini dianggap sebagai awal dimulainya
Revolusi Prancis. Melalui dewan nasional, golongan menengah, buruh, petani, serta
golongan gereja yang miskin dan bangsawan yang berpandangan maju, bersumpah
tidak akan membubarkan diri sampai terbentuknya konstitusi Prancis yang baru.
Kecuali menuntut adanya peran politik yang besar dalam pemerintahan serta
diakuinya hak-hak mereka. Tuntutan dewan nasional segera mendapat dukungan
yang luas dari para petani dan pekerja pekotaan yang menderita akibat depresi
ekonomi.
Dalam konstitusi yang semakin memburuk, raja Louis XVI mulai kehilangan control.
Pada 1789, dia mengerakan 20.000 pasukan untuk membubarkan dewan nasional di
Paris. Rakyat yang marah akibat tindakan raja berusaha mencari senjata dan
mempertahankan dewan nasional. Segera di Paris terjadi tindakan kekerasan antara
pasukan raja dan penduduk yang bersimpati dengan dewan nasional. Tindakan
kekerasan itu mencapai puncaknya di Bastille.
Gambar 7. Penyerangan penjara Bastille
ARIF RAKHMAN HAKIM, S.PD 10