Page 54 - RANGKUMAN MATERI SKL KELAS 8 PAT 20202021
P. 54

Materi persiapan PAT Kelas 8 TP 20202021
                                                       Disusun Oleh: FATHONAH SRI UTAMI, S.E



                        Pada tahun 1990-an, gerakan buruh di Indonesia pun mulai bangkit kembali.
                        Ini terlihat dari jumlah pemogokan dan organisasi buruh alternatif yang mulai
                        tumbuh. Pada  tahun  1988, hanya terdapat 39 pemogokan, tapi  pada  1994,
                        jumlah  ini  sudah  meningkat  menjadi  sekitar  367  pemogokan.  Organisasi-
                        organisasi buruh alternatif pun mulai lahir. Pada tahun 1990, didirikan Serikat
                        Buruh Merdeka (SBM) Setiakawan oleh beberapa aktivis buruh dan NGO. Lalu,
                        pada  tahun  1992,  berdiri  pula  Serikat  Buruh  Seluruh  Indonesia  (SBSI).
                        Kemudian, terdapat pula serikat yang lebih radikal, seperti Pusat Perjuangan
                        Buruh Indonesia (PPBI)

                        Kebangkitan gerakan buruh ini lalu direspons negara dengan represi. Gerakan
                        buruh  yang  baru  bangkit  ini  tampaknya  memang  belum  cukup  kuat  untuk
                        menantang  negara.  Pasalnya,  tradisi  keterorganisiran  yang  ada  di  buruh
                        sempat  putus  akibat penghancuran  gerakan  rakyat  tahun  1966.  Saat  krisis
                        ekonomi menghantam Indonesia di tahun 1997, kepeloporan gerakan sosial
                        pun  diambil  oleh  satu  sektor  yang  tradisi  keterorganisirannya  relatif  tidak
                        putus dan dekat dengan dunia gagasan yang bisa menumbuhkan sikap kritis,
                        yaitu mahasiswa.


                        Pasca-jatuhnya Soeharto, dunia perburuhan mengalami berbagai perubahan.
                        Di antaranya adalah adanya kebebasan berorganisasi bagi buruh. Kalau dulu
                        begitu sulit untuk mendirikan serikat pekerja di luar FSPSI, karena berbagai
                        macam aturan yang menghambat, maka sekarang ini, berdasarkan UU No. 21
                        Tahun  2000  Tentang  Serikat  Pekerja/Serikat  Buruh,  serikat  buruh  bisa
                        dibentuk hanya dengan sekurang-kurangnya 10 orang saja. Bermunculanlah
                        berbagai macam serikat buruh pada masa ini.

                        Namun  demikian,  perkembangan  gerakan  buruh  di  masa  ini  bukan  tanpa
                        hambatan  yang  serius.  Neoliberalisme  telah  mencengkeram  Indonesia  dan
                        praktek  kerja  kontrak  serta  outsourcing  yang  membuat  hubungan  kerja
                        menjadi fleksibel, telah mempersulit pengorganisiran buruh. Mobilitas kapital
                        yang meningkat dan finansialisasi yang mengakibatkan deindustrialisasi, juga
                        telah mempersulit pengorganisiran buruh.




                        KEBUTUHAN AKAN ADANYA KONFEDERASI SERIKAT BURUH BARU

                        Buruh  adalah  satu-satunya  kelas  sosial  yang  bisa  melumpuhkan  kapital.
                        Pasalnya, kapital bergantung pada penghisapan buruh untuk bisa terus hidup
                        dan berakumulasi. Namun demikian, gerakan buruh tetap beroperasi dalam
                        suatu kondisi struktural tertentu yang berisikan peluang dan/atau hambatan
                        tertentu bagi dirinya. Dari paparan di atas, kita bisa lihat bahwa gerakan buruh
                        di  masa  kolonial  dan  Orde  Lama  menghadapi  hambatan  struktural  berupa
                        situasi  ekonomi  yang  belum  terindustrialisasi  dengan  tingkat  proletarisasi
                        yang  rendah.  Pada  masa  sekarang  ini,  kaum  buruh  beroperasi  dalam
                        neoliberalisme, yang ditandai dengan fleksibilitas pasar tenaga kerja, tingkat
                        mobilitas  kapital  yang  tinggi  dan  finansialisasi  yang  berdampak  pada
                        deindustrialisasi.

                        Penerapan  fleksibilitas  pasar  tenaga  kerja  memiliki  dampak  pada  sulitnya
                        pengorganisiran buruh, karena tingkat pergantian pekerjaan (turn over) yang
                        semakin tinggi. Begitu pula, mobilitas kapital yang tinggi antar-lokasi geografis
                        dan  cabang  industri  yang  berimplikasi  pada  tingginya  perpindahan  situs





                                                           54
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58