Page 100 - 3 Curut Berkacu
P. 100

 82 3 Curut Berkacu
Bukan itu saja. Efek lainnya, pisik badan kami juga menjadi lebih sehat, kuat, kekar dan tegap. Nah, buat kalian kaum ledies, yang mau pedekate sama gue, gak usah khawatir, push-up 50 kali aja gue lakonin, apa lagi alasannya kalau bukan latihan ketangkasan untuk menjaga kamu! Eaa... jadi gombal dah gue.
“Siap! Selesai, Kak, izin berdiri!” Gue dan Bima dengan sigap melaporkan bahwa hukuman telah kami tuntaskan. “Baik, silahkan berdiri!” jawab kak Afif mempersilahkan kami bangkit dari posisi push-up. “Siap! Izin berdiri, Kak!” teriak gue dan Bima merespon. “Silahkan!” jawab Kak Afif, lagi.
“Mampus lah kalian, rasain tuh!” gumam Iqbal sesaat setelah kami kembali ke posisi awal. Gue hanya cengar- cengir doang sambil menoleh ke arah Bima, dia cuek. Tapi seakan ada yang mengomandoi, gue dan Bima memalingkan wajah ke Iqbal dan secara bersamaan berucap, “sontoloyo!” umpat gue dan “bomat dah!” gerutu si Bima.
Namun, tanpa gue sadari, ternyata si pria tua itu sejak tadi memperhatikan kami. “Heh, kalian ngomong apa?” tegurnya sambil planga plongo mirip seorang Raja di suatu negara antah berantah itu loh, hahahaha...
“Kalian bertiga, turun!!! Push-up 7 seri!” perintahnya. ‘Hah, yang bener aja, belum juga semenit gue kelarin 5 seri, ini harus lanjut 7 seri lagi,’ gue kesel, serius. Gue curiga karena dia seakan memanfaatkan kesempatan untuk mengerjai kami. Apalagi gue melihat dia tertawa cekakak- cekikikan tak karuan, mirip orang stres. Tidak jarang lengannya diayun-ayunkan ke belakang dan ke depan, ke kiri dan ke kanan, seakan anggota tubuhnya tak dapat diam





























































































   98   99   100   101   102