Page 98 - 3 Curut Berkacu
P. 98
80 3 Curut Berkacu
“Kelar lah riwayat lu, Yu.” Gumam Bima berbisik sangat pelan.
Memang, dasar ketek badak Jawa! Malah ngomporin saat suasana sedang dalam tegangan tinggi. Gue semakin tegang tak terkendali, keringat dingin menyambar, bahkan saat lagi gatal pun gak sanggup gue garuk lagi.
“Kamu itu kenapa ketawa?!” teriak Kak Afif dengan suara khasnya, gue ingat kucing yang keinjek buntutnya lagi. Sorot matanya runcing seakan menembus jidat gue.
“Mampus lah kau, Yu!” gumam Bima membuat gue semakin panik.
Tidak ada pilihan lain, gue menegapkan dada, duduk bersila rapi, pandangan lurus ke depan, dan menjawab “Siaap!!! Maaf, Kak!” jawab gue dengan suara yang tak kalah lantang, tanpa banyak alasan, bahkan tidak perlu beralasan. Karena orang yang salah dan menyadari kesalahannya, hanya kata maaflah yang pantas diungkapkannya. Semakin beralasan, semakin jauh terjatuh dalam jurang kesalahan. Setidaknya itu menurut gue sih!
“Kamu tahu kan kita lagi sedang materi, Din?” tanya Kak Afif lagi. “Siap, tahu, Kak!” jawab gue. “Kalau kamu tahu, kenapa kamu seakan sengaja buat forum dalam forum sama Bima dan Iqbal?” tanyanya lagi sambil berjalan ke arah gue.
Kali ini gue agak lega, nama Iqbal dan Bima juga disebut. Setidaknya gue tidak sendiri, ada temannya, hahahaha! Iqbal dan Bima yang juga disebut namanya pun tiba-tiba berubah raut wajahnya.
“Mampus lah kau, Bim!” gerutu gue pelan, berusaha mengucapkannya tanpa menggerakkan bibir agar tidak