Page 97 - 3 Curut Berkacu
P. 97
Kakek Sotoy 79
tulis dan pena yang menancap. Kelihatannya dia siap- siap menulis. Tapi dasar memang si Bima kocol, kocak dan tolol, sampe ke urat-urat. Dari urat nadi sampe urat empedu, gak juga mau meniru tulisan gue, padahal kan tinggal contek aja. Alhasil, ternyata dia memang berhasil menulis kalimat ‘basmalah’ tapi dengan tulisan latin, Bismillahirrohmanirrohim.
“Hahaha... Bocah dodol!” ujar gue sambil merampas buku Bima.
“Gak apa-apalah, Yu. Gue kan pengen buat yang beda dari yang lain, hihihi!” ucapnya membela diri sambil tertawa cekikik. Iqbal memandangi kami dengan hanya tersenyum simpul sambil geleng-geleng kepala menyaksikan ulah gue dan bima.
“Eh, diem lu pada!” bentak Iqbal.
“Liat tuh depan, bapaknya Bima lagi berdiri. Awas dicium sama Om, tuh. Hahaha...!” sambungnya sambil menunjuk ke arah si pria tua yang masih bercokol di depan kami.
“Hahahaha!”
Mendengar ucapan Iqbal itu, gue benar-benar gak bisa membendung tawa. Suara tawa gue sangat keras dan terbahak, pastinya terdengar sampai ke depan.
Semua orang tertuju ke gue, tak terkecuali si pria tua itu dan Kak Afif tentunya. Bima dan Iqbal serentak berpura-pura konsen ke buku masing-masing. Tinggallah gue sendiri menjadi pusat perhatian. Setiap pasang mata yang memandangi gue mengisaratkan kebingungan, seakan berkata ‘kenapa juga ketawa padahal hanya disuruh tulis Basmalah doang.’