Page 114 - 3 Curut Berkacu
P. 114
96 3 Curut Berkacu
dilakukan. Perlengkapan dan peralatan acara pun sudah harus mulai diinventarisir. Rencana penyediaan konsumsi hingga kelengkapan pribadi saat pelantikan nanti tidak boleh ketinggalan. Termasuk kelengkapan pakaian dan atribut yang harus gue penuhi menjelang pelantikan itu.
Gue, Iqbal, dan Bima berencana untuk membeli beberapa perlengkapan kami di Pasar Senen selepas latihan Saka nanti. Kami sudah merencanakannya beberapa hari lalu. Katanya, di sana lebih murah.
“Yu, ada kawan kita juga yang mau ikut ke Senen nih,” kata bima sambil melingkarkan lengan kirinya ke pundak gue saat latihan telah usai.
“Gak apa-apa, selow aja sih, emang siapa yang mau ikut, Bim?” tanya gue.
“Katanya sih, Alkaf sama Sada,” jawabnya.
“Oya, iya, iya... ajak aja! Kan seru juga kalo kita rame-rame, iya kan, Bal?” sambung gue sambil meminta persetujuan Iqbal. “Yoi!” Jawab Iqbal singkat.
Tidak lama kemudian, Alkaf kelihatan berjalan menuju kami bersama seseorang berbadan gempal menyerupai style Bima, tapi dia melebihi bobot Bima.
“Hei bro...,” sapa Alkaf yang gue balas dengan senyum.
“Emmm, lu pasti Sada ya?” tanya gue ke orang yang bersama Alkaf itu. “Iya bro,” jawabnya, “dan lu Wahyu kan?” sambungnya bertanya balik.
“Iya, lu tau, hehehe...” jawab gue.
“Iya lah, sape yang gak tau lu, Yu, bocah paling ‘pecicilan’ dan gak pernah diem se-Saka Kota Bekasi,” sambungnya lagi sambil senyam-senyum.
Mendengar celetukan si ‘gembol’ ini, yang lain malah