Page 126 - 3 Curut Berkacu
P. 126
108 3 Curut Berkacu
keribetan, ini malah jadi ribet sendiri. Iqbal dan Bima malah sudh berputar-putar memamerkan celana mereka. Tapi gue tetap dalam pendirian gue, harus berusaha memasukkan celana tanpa melepas sepatu, terlanjur pikir gue dah.
“Woi, lu pada lama amat di dalam, cepet lah, gantian!” teriak Alkaf dari luar bilik.
“Iya, iya, ini dikit lagi kok,” balas Bima.
Gue semakin tidak karuan setelah teriakan Alkaf. Gue jadi semakin terburu-buru. Bagian kaki kanan sih sudah masuk, tinggal kaki kiri ini aja yang agak sulit. Gue menoleh ke Iqbal dan Bima, mereka malah sudah melepas celana dan mengenakan lagi celana mereka semula. Sepatu PDH Polisi yang gue kenakan tetap gue paksakan menembus ujung celana PDL ini, tanggung lah pikir gue, sekalian aja.
Namun, tiba-tiba “sreeeeeek!” celana itu robek bertepatan sepatu gue berhasil melewati bolongan celana. “Aduh!!!” keluh gue spontan. Iqbal dan Bima hanya ‘melongo’ memandangi gue.
“Waduh, gimana tuh, Yu?” tanya Iqbal, “malah belum lagi lu beli,” sambungnya.
“Aduh, iya nih, Bal, gimana dong?” tanya gue gugup.
Gue meraih ujung celana yang robek itu, gue jadi panik, “pasti ibunya bakal marah ke gue nih, Bal, Bim!” keluh gue, raut wajah Iqbal dan Bima pun memancarkan wajah penuh kebingungan, gue semakin panik dan ketakutan. Sumpah, saat itu gue benar-benar panik dan takut, sifat bawel gue lenyap seketika, gue jadi ‘krasak-krusuk’ tidak karuan. Ini memang salah satu kelemahan gue dan mungkin orang- orang yang memiliki sifat yang hyperactive seperti gue, saat menghadapi masalah, mendadak menjadi tidak bisa