Page 139 - 3 Curut Berkacu
P. 139

 Keberangkatan Curut ‘ngik-ngik’ 121
gue langsung sadar tentang yang dimaksud itu, si Wakwaw nyari bapaknya di Jonggol. Itu kan sebuah serial kocak dari sebuah stasiun TV swasta, hahahaha.
Sambil berjalan menuju ruang tamu, gue jelasin tentang kegiatan yang bakal gue ikutin selama 4 hari ke depan. Dia berpikir gue mau ikut jadi Polisi, sehingga gue harus jelasin lagi sedikit tentang apa itu Saka Bhayangkara. Dia hanya termanggut-manggut, entah ngerti atau pura- pura paham.
Gue duduk di atas sofa ruang tamu setelah meletakkan tas carrier sembari mengenakan sepatu PDL Polri dengan kaos kaki yang gue gandakan, mengundang tanya si Jenong, kakak gue.
“Karena ujung sepatu ini berbahan karet yang keras dan tidak lentur, kadang saat melangkah membuat ujung sepatu ini menekuk dan mengena jari-jari kaki gue, bisa terasa sakit, Nong! Mangkanya gue pake kaos kaki double biar terasa lebih empuk dan mengurangi rasa sakit yang tertekan ini!” jelas gue sambil menjulurkan bibir bawah gue agak memble untuk menirukan rasa sakit.
Si Jenong hanya tertawa-tawa kecil melihat tingkah gue yang ekspresif, “masih pagi, Yu, jangan mudah baper ya, Nak! Kamu harus kuat berpura-pura tegar sampe besok sore,” gumamnya diiringi tawa. Aroma khas mulut baru bangun menyembur tanda belum ‘kesumpel’ nasi uduk dan bala-bala hangat ditambah sambal kacang, hahahaha.
Matahari terlihat semakin merangkak menghembuskan sinarnya di sela-sela jendela rumah gue. ‘Breem..bruum... ngeeeng...nguuung,’ suara motor bebek juga terdengar tanda siap ditunggangi. Gue kembali melirik ke jam tangan




























































































   137   138   139   140   141