Page 154 - 3 Curut Berkacu
P. 154
136 3 Curut Berkacu
Cuaca panas semakin menyengat, tapi tubuh gue terasa dingin. Gue masih memikirkan tentang tenda itu. Gua sangat yakin telah membawa dan menaruhnya di tempat yang semestinya. Tapi saat dicari pun tidak ketemu.
“Aduh bagaimana ini, tenda itu gue pinjem dari sekolah pula. Kalau hilang berarti gue harus ganti!” kata gue ke semua anggota Sangga gue sesaat setelah mendirikan tenda ‘darurat’ dari terpal biru.
“Kita juga bingung kali, Yu! Udah dicari ke mana-mana tapi nggak ketemu.” Sahut Lutfi, salah satu anggota Sangga gue.
“Tapi coba kita cari lagi aja di truknya, sapa tau keselip,” lanjut Lutfi.
“Tadi udah ke sono tapi gak ada, Pi!” tandas Idris, juga salah satu anggota Sangga gue.
“Coba kita cari lagi dengan lebih teliti!” sambung Lutfi.
Kata-kata Lufti barusan seakan memberikan harapan. Lutfi yang biasa dipanggil Upi, posturnya hampir setinggi gue, berkulit putih, dikenal dengan senyumnya yang manis, perawakannya cute alias imut, tak jarang menjadi perhatian kaum Hawa, berhasil membangkitkan semangat gue yang mulai surut untuk mencari lagi di mana keberadaan tenda itu.
Gue seketika beranjak bersama tiga anggota lainnya –Upi, Idris, dan Sada menuju truk yang memuat barang- barang, memastikan dan berharap bahwa kali ini pencarian kami tidak sia-sia.
Sesampai di tempat truk itu terparkir, tanpa aba- aba Idris langsung melompat naik, Upi dan gue di sisi truk